Mulutmu (dan Jempolmu) adalah Harimaumu
Memang sangat luar biasa bagaimana Allah memberi manusia dua mata supaya bisa melihat banyak, dua telinga supaya bisa mendengar banyak, tetapi hanya satu lidah dan itupun dipagari dengan rentetan gigi serta sepasang bibir agar setiap orang hati-hati dalam berbicara.
Lebih lagi di zaman media sosial ini, tidak cukup untuk mengatakan mulut adalah harimau seseorang, sebab sama dahsyatnya sekarang adalah jempol yang dipakai untuk mengetik postingan atau komentar di dunia maya.
Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya, siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan. (Amsal 13:3)
Ada orang yang mencari identitas dan pengakuan dari seberapa cepat mereka menceritakan berita-berita terkini. Mereka suka menguak aib orang lain, mereka sibuk mencaritahu urusan orang lain, tetapi sayangnya mereka lupa merawat hidup mereka sendiri. Pasalnya orang-orang begini pasti binasa, itu sudah diamati oleh penulis Amsal sejak tiga ribu tahun lalu.
1. Menjaga perkataan, menjaga kehidupan
Berapa banyak orang, karena perkataan, telah jatuh ke dalam pertengkaran bahkan pembunuhan? Karena perkataan, hubungan menjadi retak, bahkan ada yang terpaksa bersarang di balik terali besi karena mulutnya. Tetapi, sebaliknya, banyak juga kisah sukses yang terjadi karena satu perkataan baik yang seseorang pernah terima sehingga itu menjadi motivasi yang kuat bagi perjuangannya.
Jadi dengan perkataan dan jempolnya seseorang bisa membangun atau menghancurkan orang lain dan hidupnya sendiri. Karena itu orang bijak dan orang berdampak menjaga perkataannya dengan baik.
2. Menarik kembali Kata-kata tidak menghilangkan akibatnya
Kata-kata yang terlanjur dikeluarkan ibarat anak panah yang sudah melesat ke sasaran. Anak panah itu bisa saja dicabut kembali dari kayu sasarannya, tetapi bekas berupa lubang akan tersisa di sana. Orang bisa saja minta maaf atas perkataannya, dan pihak lain memaafkannya, namun bukan berarti sama sekali tidak ada bekas tersisa.
Konsekuensi perkataan terhadap kredibilitas kita dan kepercayaan orang lain terhadap kita tidak dapat dihindarkan. Menumbuhkan kepercayaan itu butuh waktu seperti menumbuhkan pohon besar, tetapi hanya butuh sekejap untuk menebangnya.
3. Memikirkan kembali sebelum mengutarakan adalah bijaksana
Filter kata-kata dengan baik. Pikirkan lagi sebelum mengucapkannya. Apakah berguna, apakah benar, apakah sudah di-rechek, apakah itu perlu untuk diucapkan, apakah itu membangun, apakah itu memuliakan Allah? Orang yang menyaring kata-katanya sebelum mengeluarkannya adalah orang bijaksana yang disukai sesamanya.
Bapa, bantu kami menjadikan kata-kata kami menjadi perkataan yang berkuasa dan berguna. Amen.