Hal Ini Lebih Buruk Daripada Kemiskinan

Amsal secara konsisten menentang orang miskin seraya menghubungkannya dengan kemalasan dan kebodohan. Dalam satu pasal yang sama saja, Amsal 19, penulis Amsal mengingatkan:

Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya. (Amsal 19:4)

Rasanya tidak salah mengatakan bahwa penulis Amsal ini pro terhadap orang kaya. Ia cenderung meninggikan orang kaya dan terus merendahkan orang miskin. Tetapi orang kaya, dalam persepsi penulis Amsal, bukanlah tentang orang yang banyak harta semata, melainkan terutama dihubungkan dengan sikap belajar, kerajinan, kerja keras, dan hikmat. Sedangkan kemiskinan adalah tentang kemalasan, kenyamanan, kelambanan, dan kebodohan, serta rendahnya semangat untuk belajar.

Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita lapar. (Amsal 19:15)

Jadi dalam konsep penulis Amsal semua orang memiliki peluang yang sama untuk menjadi kaya, tetapi ia harus memiliki karakter orang kaya. Jika ia tidak memiliki karakter itu, maka ia akan menjadi miskin sehingga manusia meninggalkannya dan membencinya.

Orang miskin dibenci oleh semua saudaranya, apalagi sahabat-sahabatnya, mereka menjauhi dia. Ia mengejar mereka, memanggil mereka tetapi mereka tidak ada lagi. (Amsal 19:7)

Kemiskinan serupa itu tentu saja tidak berkenan kepada Allah. Dia menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Dia yang maha kaya. Namun harus hati-hati dengan kekayaan sebab ketika seseorang tergelincir mencintai harta maka ia akan menjadi segambar dan serupa dengan Iblis.

Tetapi pembohong ternyata masih jauh lebih buruk daripada orang miskin:
Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong. (Amsal 19:22)

Pembohong itu adalah pengkhianat. Pembohong tidak punya harga diri dan integritas. Hubungan membutuhkan kesetiaan dan kejujuran. Pembohong itu hanya mengenal kepentingan dan apapun akan ia katakan demi mengamankan kepentingannya. Baginya manusia tak lebih daripada objek dan kendaraan untuk mencapai ambisinya.

Bencilah kebohongan lebih daripada membenci kemiskinan. Kemiskinan itu parah, tetapi lebih parah lagi kebohongan.

1. Dusta itu adalah bahasa ibu dari Iblis

Tuhan Yesus memperkenalkan dua bapa, satu Bapa sorgawi dan satu lagi bapa dari segala dusta. Apabila Iblis berdusta maka memang itulah bahasa ibunya dia, itulah sifat alamiahnya.

Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. (Yohanes 8:44)

Siapakah bapa kita? Itu tidak ditentukan oleh klaim kita, tetapi salah satu penentu utama adalah apakah kita pribadi yang jujur nan setia atau tidak. Kita hanya bisa menjadi anak Allah bila kita jujur dan hidup tanpa dusta.

2. Dusta merusak dan meniadakan segala hubungan

Tidak ada manusia yang suka didustai, tetapi herannya ada banyak pendusta di atas bumi ini. Tidak terhitung banyaknya hubungan yang rusak karena kebohongan. Memang terkadang kejujuran itu menyakitkan tetapi hanya itu jalan kepada hubungan yang langgeng.

Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah, 10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi. (Yakobus 3:9-10)

Allah memberi kita lidah untuk memuji Dia, untuk memberkati sesama, untuk membangun serta membuat hal-hal lebih baik. Pergunakanlah lidah kita sedemikian rupa sehingga kita memenuhi apa yang menjadi tujuan Allah menitipkannya dalam.tubuh kita. Jaga hubungan kita dengan menjaga lidah kita!

3. Sifat jujur menunjukkan pengakuan dan penghormatan kepada Allah

Jadilah pribadi yang percaya kepada orang lain dan dapat dipercayai orang lain (trust and trustworthy). Orang dengan kualitas tersebut pasti akan sukses dalam hubungannya dan menyenangkan hati Allah-nya.

Biasanya oang berbohong karena mereka merasa bohong mereka tidak ketahuan dan tidak dapat dibuktikan. Di situlah problem dari dusta, mereka lupa bahwa ada Allah yang tahu segala sesuatu. Bukan hanya apa yang manusia lakukan dan katakan, tetapi apa yang mereka pikirkan dan rencanakan pun sudah diketahuiNya. Jadi hormatilah Allah, sesama, dan dirimu sendiri: jangan pernah berdusta lagi, jujurlah!

Bapa, ini kami yang rindu memuliakanMu melalui kejujuran dan integritas kami. Terpujilah namaMu kekal selamanya. Amen.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *