Bahaya Berbicara Tanpa Berpikir
Alkitab banyak sekali membahas perihal kata-kata, tentang bagiamana kita berbicara. Alkitab juga menjelaskan bahwa perkataan kita adalah salah satu yang akan dihakimi pada akhir zaman, selain perbuatan dan motivasi hati. Perkataan itu sangat berkuasa, dapat menumbuhkan, tetapi juga dapat meruntuhkan. Perkataan dapat menjadi jerat, seperti perkataan penulis Amsal berikut ini.
Suatu jerat bagi manusia ialah kalau ia tanpa berpikir mengatakan “Kudus”, dan baru mengimbang-nimbang sesudah bernazar. (Amsal 20:25)
Berpikir sebelum berkata-kata adalah sesuatu yang wajib kita lakukan. Orang yang berbicara sebelum berpikir membuat dirinya dan orang lain di sekitarnya dalam bahaya. Kerongkongan kita mesti berfungsi sebagai filter untuk setiap perkataan yang kita keluarkan. Kata-kata itu ibarat anak panah yang sudah melesat ke arah sasaran, tak bisa ditarik kembali. Meski jalur permintaan maaf mungkin tersedia, tetapi anak panah itu tetap sudah melukai sasarannya.
Karena itu penting untuk memikirkan terlebih dahulu apakah yang kita akan katakan itu benar-benar demikian adanya? Jangan mendramatisir, jangan membuat kasus sebagai prinsip, tetapi nyatakanlah apa yang sebenarnya. Begitu juga mesti kita saring apakah yang kita akan perkatakan itu adalah sesuatu yang bagus, menginspirasi, dan membantu orang lain? Apakah yang kita hendak katakan tentang seseorang di belakangnya adalah persis yang kita juga akan katakan apabila yang bersangkutan juga hadir di situ? Apakah kita merasa okay jika orang lain akan menceritakan tentang kita kepada orang lain secara demikian? Jika tidak, maka kita bisa menyimpulkan hal itu tidak perlu kita perkatakan.
1. Penuh dengan penyesalan
Kalau orang baru berpikir setelah kata-katanya menghasilkan dampak yang negatif, maka yang tersisanya baginya adalah penyesalan. Ia menjadi orang yang tidak dapat dipercayai, label negatif melekat pada dirinya. Hidup bisa hancur karena kata-kata, tidak harus karena tindakan kasar secara fisik. Kata-kata itu sangat berkuasa.
Lebih jauh lagi orang-orang yang salah berbicara, hati kecilnya menyesal, tetapi kemudian kesombongannya membuat penyangkalan sehingga ia justru menyalahkan orang lain. Ini lebih pedih lagi. Kita bisa meminimalkan penyesalan di masa mendatang dengan memikirkan perkataan kita sebelum mengucapkannya.
2. Manusia-manusia bocor mulut
Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan orang yang bocor mulut. (Amsal 20:19)
Orang-orang bocor mulut seperti ini ada di mana-mana, yang penting adalah kita jangan sampai menjadi salah satunya. Semua data yang ada di kepala kita mesti disisir baik-baik sehingga kita memperkatakan apa yang memenuhi kriteria kebenaran dan kebaikan. Penguasaan diri adalah karakter yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang bocor mulut ini. Apa yang ada di kepala mereka tumpah ke mana-mana. Orang-orang seperti ini tidak berpikir sebelum berbicara.
Berhati-hatilah dengan orang seperti itu. Jangan pernah ‘curhat’ dengan mereka. Apa yang kita rencanakan untuk kebaikan akan menjadi bencana ketika membicarakannya kepada orang yang salah. Meski tujuan kita adalah memberi pengertian kepada orang-0rang seperti ini, kerap berubah menjadi persoalan. Jadi jangan pernah berharap orang seperti ini untuk mengerti yang kita maksudkan. Sebaliknya latih diri kita untuk menguasai diri, memikirkan apa yang kita hendak bicarakan.
3. Menjauhkan bibir yang pengalaman
Sekalipun ada emas dan permata banyak, tetapi yang paling berharga ialah bibir yang berpengalaman. (Amsal 20:15)
Sayangnya lebih banyak orang yang mengejar emas dan permata daripada bibir yang berpengertian. Padahal emas dan perak itu tidak berkontribusi banyak pada kebahagiaan hidup, apalagi untuk kekekalan hidup. Hubungan-hubungan sejati tidak dibangun oleh emas dan permata. Bibir yang berpengertian dan berpengalaman menentukan kebahagiaan hubungan dan kesejatian hidup.
Latih diri kita dalam mempergunakan kata-kata, sehingga bibir kita semakin berpengalaman. Pengalaman tidak datang begitu saja, pengalaman adalah hasil dari pembelajaran. Orang yang tidak belajar dari hal yang ia lalui tidak pernah menjadi berpengalaman. Ambil waktu untuk belajar dari setiap perkataan kita dan akibatnya sehingga kita tahu bagaimana perkataan yang bagus dan yang tidak. Orang yang berkata-kata tanpa berpikir tidak mungkin menjadi berpengalaman.
Bapa, kami mau berpikir sebelum berkata-kata, bantulah kami agar semakin berpengalaman. Amen.