INJIL UNTUK OPPUNG (Part 2: LOGOS)

Oppung memerhatikan dengan seksama isi pembicaraan kami itu. Pendengarannya sudah mulai berkurang, tetapi semangat belajarnya masih seperti sedia kala. Setelah beberapa waktu saya menjabarkan Yohanes Pasal 1 itu, oppung kemudian bertanya dalam bahasa Batak, “Jadi songondia do dalanna?” (Jadi bagaimana caranya?). Oppung mau tahu apa saja yang Tuhan kehendaki untuk hidupnya dan bagaimana beliau bisa menjalankan kehendak ilahi itu. Pintu hati oppung terbuka lebar untuk pemberitaan Injil Kristus.

Bertolak dari situ saya menjabarkan dengan leluasa Injil Kristus. Saya memberitahu oppung bahwa kami akan membicarakan 5 poin sebagai jawaban untuk pertanyaan beliau. Kita mesti mulai dengan mengenal siapa Yesus sebenarnya, itulah poin yang pertama. Kegagalan mengikut Tuhan Yesus atau bahkan lebih jauh keputusan orang meninggalkan Tuhan Yesus erat sekali kaitannya dengan poin ini. Tepat sekali kata pepatah: “Tak kenal maka tak sayang.” Lalu siapakah Yesus untuk kita? Apakah Dia hanya seorang guru yang bijaksana atau mungkin seorang nabi yang penuh kuasa? Atau mungkin secara akal kita menjawab bahwa Yesus adalah Tuhan dan juruselamat manusia, tetapi kita tidak merasakannya.

Sebagai catatan, pembicaraan saya dengan oppung sangat sederhana, tidak semua yang ada dalam tulisan ini saya sampaikan seperti saya menuliskannya. Lagipula pembicaraan kami dua arah, tidak seperti tulisan ini. Tetapi tujuan saya membuat pemberitaan itu dalam bentuk tulisan adalah sebagai rekaman buat saya, dan berharap juga ada sahabat dan kerabat di luar sana yang dapat diberkati kisah ini. Saya pun sangat tersedia untuk menjawab pertanyaan dari pembaca sekiranya ada yang perlu diperjelas. Baiklah kita kembali ke laptop!

Siapakah Yesus?

Kita memiliki empat Injil dalam Alkitab, semuanya mengisahkan kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus. Keempatnya memberikan dimensi yang lengkap dari potret pribadi Tuhan Yesus, bukan tanpa alasan mengapa Allah mau empat kitab Injil ini ada dalam Alkitab. Meski ada bagian-bagian dari empat Injil itu yang tumpang tindih, tetapi sesungguhnya itu memperlihatkan Tuhan Yesus kepada kita dari empat sisi. Sehingga orang yang mempelajarinya dengan serius akan terkagum melihat cara Allah menyatakan siapa Tuhan Yesus sebenarnya.

Injil Markus dan Lukas ditulis untuk orang yang belum menjadi murid Yesus, sedangkan Matius dan Yohanes ditulis untuk orang yang sudah menjadi murid Yesus. Injil Matius dibutuhkan oleh seorang Kristen Muda, Matius membagi semua ajaran Tuhan Yesus dalam 5 blok pengajaran. Semuanya itu menjadi buku petunjuk hidup pemuridan, bagaimana serta untuk apa seseorang menjadi murid Yesus. Sedangkan injil Yohanes lebih ditujukan untuk orang yang sudah lama menjadi murid Yesus sebab temanya adalah tentang setia memercayai Tuhan Yesus. Memang sebaiknya kita menyarankan orang yang baru belajar mengikut Yesus untuk membaca Injil Markus, sebab kitab ini fokus pada apa yang diperbuat Tuhan Yesus, itu bisa menjadi model yang segera dapat diikuti.

Tetapi Injil Yohanes sangat kuat dan lugas menyingkap rahasia pribadi Yesus sebenarnya. Saya melihat kejelasan yang penuh otoritas akan pribadi Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes ini tidak tertandingi. Lagipula karena saya perlu mengungkap siapa Tuhan Yesus sebenarnya maka tidak bisa berhenti hanya pada kisah sejak kelahiranNya dua ribu tahun silam. Harus lebih jauh lagi memulainya, yakni dari mulanya. Bagi orang dengan latarbelakang keyakinan seperti kami, hal ini sangatlah perlu. Kepercayaan bahwa orang Batak adalah manusia pertama yang diturunkan Mula Jadi Nabolon (Pencipta) di satu tempat bernama Pusuk Buhit perlu untuk dijembatani kepada pribadi Yesus. Dengan mudah, orang Batak akan berargumen bahwa Yesus itu adalah orang Yahudi, Dia adalah Tuhan dan Juruselamat orang Yahudi, sedangkan kita adalah orang Batak.

Markus memulai Injilnya dari Yesus yang sudah berusia 30 tahun, tampil di sungai Yordan untuk dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, sebab fokusnya adalah pekerjaan Tuhan Yesus. Sedangkan Matius yang memberi potret Raja orang Yahudi kepada Yesus maka ia harus memulai sejarah Tuhan Yesus dari Abraham, bapa orang Yahudi. Selanjutnya Lukas memotret Tuhan Yesus sebagai Anak Manusia maka ia menarik kisah Tuhan Yesus lebih jauh lagi yakni dari manusia pertama, Adam. Tetapi Yohanes menarik bahkan lebih jauh lagi, yakni dari mulanya. Yohanes adalah rasul yang paling lama hidup, Allah mau ia memberikan gambaran pribadi Tuhan Yesus yang sejati. Bisa dikatakan bahwa 3 penulis Injil lainnya memotret Yesus dari luar, tetapi rasul Yohanes memotret dari dalam.

Mari kita mulai dengan membaca 3 ayat pertama dalam kitab Kejadian dengan 3 ayat pertama dalam Injil Yohanes.

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. 2 Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. 3 Berfirmanlah Allah: ”Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi. (Kejadian 1:1-3)

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. (Yohanes 1:1-3)

Yohanes memulai dengan: “Pada mulanya”, sebagai pembaca Alkitab pikiran kita akan terpicu langsung pada kitab pertama yang diawali dengan kata yang sama juga: “Pada mulanya”. Yohanes hendak menunjukkan apabila kita berbicara tentang Tuhan Yesus maka kita harus kembali kepada mulanya, kepada pernciptaan sebab Dialah yang menjadi Agen penciptaan itu. Jadi sebelum Yesus lahir dua ribu tahun lalu maka Dia sudah ada jauh sebelumnya, bahkan sebelum segala sesuatu diciptakan. Inilah yang tidak bisa dipahami oleh orang Yahudi sebab mereka hanya melihat Tuhan Yesus yang baru berusia tiga puluh tahunan, bahwa mereka juga tahu siapa ayah, ibuNya, serta adik-adiKNya. Mereka gagal paham di sini.

Rasul Yohanes memperkenalkan Tuhan Yesus sebagai Firman (Logos) di ayat pertama Yohanes 1 tersebut. Apabila kita membaca Kejadian 1, hanya dalam tiga ayat pertama tadi, ketiga pribadi Allah sudah disebutkan, Allah (Bapa), Roh Allah, dan firman Allah. Allah menjadikan segala sesuatu hanya dengan berfirman, jadi firmanNya itulah yang membuat dan menjadikan segala sesuatu. Firman itulah yang telah menjadi daging dua ribu tahun lalu di dalam Tuhan Yesus.

Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. (Yohanes 1:14)

Rasul Yohanes menulis kitab ini di kota Efesus. Pada tahun 535 – 475 SM di Efesus hidup seorang ilmuwan Yunani bernama Herakleitos. Dialah yang pertama sekali mengenalkan istilah “logos”. Dia mengajarkan kepada murid-muridnya agar terus bertanya dan mencari tahu alasan mengapa segala sesuatu terjadi sembagaimana hal itu terjadi. Itulah yang ia sebut sebagai logos. Warisan terbesar Herakleitos sampai hari ini masih kita pakai di dunia pendudukan. Contoh: Biologi berasal dari kata Bios = mahluk hidup, Logos = alasan mengapa (ilmu),  jadi Biologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang perilaku dan mengapa mahluk hidup. Begitu juga dengan Psikologi, Sosiologi, Klimatologi, dan lain-lainnya.

Apabila ilmu pengetahuan mencoba mencari alasan mengapa segala sesuatu ada dalam alam semesta ini dan mengapa berperilaku sebagaimana adanya, maka rasul Yohanes menegaskan bahwa Tuhan Yesus adalah jawaban dari hal tersebut. Karena itu, sesungguhnya ilmu pengetahuan tertinggi adalah pengenalan akan Tuhan Yesus. Itulah mengapa Paulus juga menegaskan dalam suratnya kepada jemaat Filipi bahwa:

Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, 10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, 11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. (Filipi 3:8, 10-11).

Penerjemahan kata “sampah” dalam ayat 8 itu sebenarnya diperhalus sebab bahasa aslinya itu seharusnya adalah kotoran. Paulus menilai semua yang ia kejar seumur hidupnya bukan hanya tidak berarti, tetapi menjadi sesuatu yang mesti dibuang jauh, tidak berarti, jorok, tidak layak dipertahankan, dan hina. Semua itu karena begitu mulianya pengenalan akan Kristus menurut Paulus. Para ahli bisa berbangga hati dengan keahlian serta berbagai pencapaian mereka, tetapi apabila mereka belajar mengenal Kristus maka mereka akan menempatkan pengenalan Kristus tersebut jauh di atas semuanya itu.

Mengenal tidak sama dengan tahu tentang. Saya tahu tentang Presiden Joko Widodo, tetapi sesungguhnya saya tidak mengenal beliau. Bahasa Ibrani “to know” (mengenal, mengetahui) adalah “yada”. Kata ini berarti mengenal berdasarkan pengalaman (experiential knowledge), bukan pengenalan atau pengetahuan secara intelektual (intellectual knowledge). Satu contoh paling sederhana adalah ketika, di Kejadian 22:12, Allah menghentikan Abraham yang sudah siap membunuh Ishak sebagai kurban lalu berkata “…sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah…”. Bukankah Allah maha tahu, mengapa Dia harus melihat tindakan Abraham ini dulu baru Dia tahu? Tetapi inilah pengenalan yang berdasarkan pengalaman itu, Allah tidak hanya tahu akan kepercayaan Abraham, tetapi Allah mengalaminya sendiri dalam diri Abraham.

Mengenal Tuhan Yesus dengan benar adalah kuasa yang sangat besar yang sanggup mengubahkan apa saja. Seorang penganiaya jemaat, seperti Paulus, berubah menjadi seorang pemberita Injil terbesar sepanjang sejarah oleh karena ia bertemu dengan Kristus, ia mengenal dan mengalami Kristus. Seorang yang plin-plan dan penakut, seperti Petrus, berubah menjadi pemberani yang sangat tegas. Pengenalan itu dapat mengubahkan kebencian dan dendam hati menjadi kasih sejati, kesombongan menjadi kerendahan hati, ketidakpercayaan diri menjadi yakin dan percaya diri, keduniawian serta keegoisan menjadi sikap memberi dan melayani. Dalam pengenalan akan Kristus itu, kita melihat hari depan yang penuh harapan, kita menemukan damai sejahtera, kita memiliki hidup yang penuh kelimpahan.

Sebagai orang yang berasal dari latarbelakang kepercayaan lain, saya melihat dalam hal pengenalan akan Kristus dengan benar ini, kebanyakan orang yang beragama Kristen dari lahirnya sama saja dengan kami yang berasal dari latarbelakang lain, sama-sama belum mengalami Kristus. Kepada mereka hanya diwariskan pengetahuan intelektual akan Kristus dari generasi-generasi sebelumnya, dan itu tentu saja tidak cukup untuk mengubahkan hidup mereka. Betapa indahnya apabila setiap kita benar-benar mengalami Tuhan Yesus dalam hidup kita. Ini yang akan membuat hidup rohani kita tidak terkotak-kotak, tetapi menyatu dalam seluruh pekerjaan dan aktifitas fisik serta dinamika emosi kita. Tuhan Yesus tidak menjadi konsep saja di hidup kita, tetapi Dia benar-benar hidup di setiap hidup kita, 24 jam dalam sehari.

Ketika berdoa, sepenuhnyalah berdoa kepada Allah. Ungkapkan apa yang kita alami bersama Allah, alami Allah dalam saat teduh kita. Apabila membaca firman, alamilah firman itu, lakukan dengan segenap hati jangan hanya menghafal firman itu. Ini otomatis menjauhkan kita dari tugas rutinitas yang mati serta hidup rohani yang legalistik. Tiba-tiba kita berubah dari ingin dilihat oleh manusia menjadi ingin menikmati Tuhan Yesus saja. Fokus dari hidup rohani kita adalah hubungan dengan Tuhan dan hubungan ini yang mengubahkan seluruh hidup kita, yang menjadi pendorong dan motivasi hidup kita.

Bukan hanya kita yang perlu mengalami Allah, tetapi Allah juga rindu untuk mengalami kepercayaan kita, keberanian kita, seperti Allah mengalami Abraham di gunung Moria itu ribuan tahun lalu. Bukan hanya dalam suka kita, tetapi dalam duka sekalipun, Allah rindu mengalami kita. Segala doa dan pujian kita tidak berupa lip service (ucapan bibir, basa basi) semata, tetapi sungguh-sungguh Allah dapat mengalaminya dalam diri kita. Amen.

 

(bersambung)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *