Home » Bible » Sermons » GIGIH – seri pelajaran surat ibrani bagian 3

GIGIH – seri pelajaran surat ibrani bagian 3

togarsianturi 22 Oct 2018 18
Orang Ibrani, penerima surat ini, sudah mulai putus asa dengan pertandingan iman mereka. Frustasi mereka bukan tanpa alasan, mereka diperhadapkan kepada penganiayaan karena iman mereka kepada Kristus. Sebagian dari anggota komunitas mereka bahkan sudah mengibarkan bendera putih dan balik kanan meninggalkan Gereja Tuhan.
Meski mereka meniti jalan kebenaran sekian lama, namun mereka belum pasti mendapat bagian dalam janji Allah – Sorga yang kekal itu. Mereka masih memerlukan satu karakter lagi untuk menggapai sorga.
Mari kita baca nats berikut:
Ibrani 10:32-39  Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu  banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat,  33  baik  waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu  mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian.  34   Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang hukuman  dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima hal itu dengan sukacita, sebab kamu  tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih baik dan yang lebih menetap sifatnya.   35  Sebab itu janganlah kamu melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang  menantinya.  36  Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu  melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu.  37  “Sebab  sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan Ia yang akan datang, sudah akan ada,  tanpa menangguhkan kedatangan-Nya.  38  Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup  oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.”   39  Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi  orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup.
Brothers & Sisters tentu sudah tahu karakter apa yang jemaat Ibrani ini butuhkan, bukan? Siapa yang mau sukarela memberitahukan pendapatnya? Tepat sekali, ketekunan!
Besar upah yang menantikan kita di balik langit yang biru. Emas yang sangat mahal di dunia ini, di mana nyawa bisa  melayang karena  memperebutkannya, tetapi kelak di negeri baka, emas hanya akan dipakai menjadi aspal jalan-jalannya.

Beriman Berarti Bertekun

Hanya orang yang memelihara iman saja yang boleh lalu di pintu sorga. Karenanya kamu mutlak membutuhkan ketekunan dan kegigihan. Seseorang yang beriman pasti menjadi seorang yang bertekun juga. Tidak ada cerita kita memiliki iman tetapi tidak memiliki ketekunan.
Kamu tidak hanya perlu rajin dan teliti, tetapi juga mesti semangat dan kerja keras dalam melakukannya. Tidak ada yang tahu masih berapa lama lagi Allah menugaskan kamu di bumi ini, sebelum Dia memanggilmu pulang. Karena itulah ketekunan dan kegigihan itu mutlak diperlukan.
Menurut John C Maxwell, gigih berarti melibatkan seluruh diri kita secara emosional, spiritual, fisikal, dan intelektual untuk menuntaskan tugas atau ide yang kita percaya.
Jadi kata kuncinya adalah pada tuntas, selesai sepenuhnya, total. Tugas atau ide itu kita kawal mencapai garis akhir. Tidak cukup hanya memulai dengan semangat, tetapi juga gigih menuntaskan.
Mari kita lihat model pertumbuhan kerohanian berikut. Ancaman bagi kerohanian kita adalah apabila kita tidak mengalami pertumbuhan. Dalam Ibrani 5-6, kita menemukan betapa seriusnya Allah menghendaki kita untuk terus bertumbuh. Orang yang berhenti bertumbuh sangat rentan terhadap kemurtadan.
Cara paling aman dalam kasih karunia Tuhan adalah dengan memastikan hidup kamu terus bergerak dan bergerak terus. Seperti orang naik sepeda, ia mesti terus bergerak maju agar ia tidak jatuh. Maju dan bertumbuh, orang yang tetap di area yang tidak aman memiliki kemungkinan meninggalkan Tuhan. Keluarkan diri kamu dari zona itu.
Hidup sering diperumpamakan sebagai lomba marathon. Hal itu benar dalam pengertian kesabaran, keuletan dan memastikan tiba di garis akhir. John C Maxwell berpendapat bahwa hidup tidak seperti marathon persisnya, sebab hidup terdiri dari banyak perlombaan pendek demi perlombaan pendek yang mesti dituntaskan satu per satu, sehari demi sehari. Sehingga kamu tidak hanya menang sekali, tapi banyak kemenangan dengan satu kemenangan akhir. Kalau menurut saya, lebih mirip dengan sekolah; setelah memiliki sesi untuk belajar, kemudian kamu diperhadapkan kepada ulangan harian, ujian mingguan, ada ujian mid semester, hingga akhirnya setelah menyelesaikan tahun-tahun ajaran, kamu lulus dan diwisuda.
Karena itu kamu perlu memastikan untuk menang hari ini, lulus dalam ujian harian. Atau kalau pun gagal, pastikan kamu belajar dari kegagalan itu dan bertekad menjadi lebih baik lagi besok.
Bakat tidak bisa menggantikan ketekunan dan kegigihan. Ada iklan bertuliskan “Bakat itu Omong Kosong!” Ada benarnya, karena tanpa ketekunan dan kegigihan maka semuanya benar-benar menjadi omong kosong. Orang pintar pun jadi bodoh jika tidak gigih. Orang kuat menjadi lemah, orang berpengalaman dilampaui junior jika tidak ada kegigihan.
Ibrani 6:11  Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan  kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti,  sampai pada akhirnya,  12  agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi  penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa  yang dijanjikan Allah.
Untuk membuat pengharapan kamu menjadi kenyataan dibutuhkan kesungguhan dan kecepatan, jangan sampai melamban. Kata kesabaran dalam teks di atas adalah longsuffering dalam bahasa Inggeris, artinya untuk mendapat bagian dalam janji Allah itu. Untuk apa pun yang kamu impikan, kamu mesti gigih kalau ingin melihatnya terjad.
Siapa yang tidak tahu cara untuk menurunkan berat badan? Semua orang pasti bisa menyatakan bahwa hal itu butuh mengatur pola makan, mengurangi porsi karbo, olahraga yang cukup, berhenti makan sebelum jam enam sore.  Seperti itu juga setiap pengikut Yesus tahu cara untuk berbuah, cara untuk bertumbuh menjadi pemimpin atau pengkhotbah, tapi apakah kamu bertekad untuk gigih dan tekun adalah penentu keberhasilan kamu.
Apa yang sering membuat orang berhenti dan tidak gigih lagi? Ada banyak faktor tentunya. Tetapi satu faktor yang menyedihkan buat saya selama 20 tahun melayani umat Tuhan adalah orang-orang yang berhenti karena orang lain. Kamu pasti mengerti maksud saya, banyak kan yang berhenti melayani karena sakit hati, kecewa pada seseorang, atau bahka kepahitan.
Saya masih terus berdoa agar orang yang saya layani benar-benar bisa bertobat dari kebodohan itu. Maafkan pilihan kata yang saya pakai, tetapi saya tidak punya perbendaharaan yang lebih halus lagi untuk menggambarkannya. Kamu dan saya mendapat mandapat mandat dari Tuhan yang kepadanya juga kamu akan memberi pertanggungjawaban, lalu koq bisa masalah dengan seseorang menghentikan kamu melakukan apa yang kamu akan pertanggungjawabkan nanti?
Bagaimana pun, kelak kamu akan berhadapan dengan Allah muka dengan muka. Tidak ada alasan, penjelasan, atau klarifikasi yang bisa kamu buat di sana. Intinya sederhana saja: “Jika kamu hidup benar, kamu menerima upah kebenaran. Jika kamu tidak benar, kamu berakhir di kegelapan. Titik!” Tidak ada kasus, pribadi, atau konflik apapun yang dapat kamu ajukan kepadaNya.
Jadi kamu harus sungguh-sungguh berusaha untuk berkenan kepada Allah, terlepas dari keadaan kamu sekarang. “Jika kamu tidak melihat ada jalan, jangan duduk, buatlah jalan baru. Jika kamu tidak menemukan contohan, jangan berhenti, jadilah contohan.”
Bagi pasangan suami-istri, jika suami merasa tidak mendapat ruang untuk memimpin isterimu ciptakanlah ruangmu. Sebab Tuhan telah menugaskanmu untuk memimpin isterimu, jadi jangan beri alasan kepribadian istri kamu yang dominan, Tuhan tidak akan menerimanya, tugasmu tetap mesti kamu jalan, no matter what. Istri-istri, jangan pernah bilang suami tidak menjadi contohan sebagai pembenaran atas ketidaktundukan kamu. Tidak bisa! Mandat Tuhan bagimu adalah untuk tunduk dalam segala sesuatu.
Ibrani 13:5-6 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: “Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?”
Ini adalah ayat pegangan George Muller, inspirator iman dari abad ke-19, yang saya sedikit ceritakan kisah iman-nya pada anda di Minggu lalu. Ia sangat yakin bahwa Allah tidak akan pernah membiarkannya, tidak pernah meninggalkannya. Itulah adalah kesimpulan yang dapat dari sekitar 70 tahun ia melayani Tuhan dalam hidupnya.

George Muller terbeban melihat banyak anak-anak terlantar di Inggeris. Tidak sedikit di antara anak-anak itu yang berakhir di penjara sebab tidak ada yang memerhatikan kebutuhan mereka. Tuhan melahirkan visi di dalam hatinya untuk membangun panti asuhan agar dapat menampung anak-anak itu. Ia membutuhkan 1.000 poundsterling (kalau dikonversai dari tahun itu ke sekarang dalam rupiah, itu menjadi sekitar 2 milliar rupiah) untuk membangun tempat tinggal buat anak-anak. Lalu ia mendoakannya dengan tekun kepada Allah. Ada yang mulai menyumbang 10 shilling (kalau dikonversi ke nilai sekarang Rp. 1.500,-) yang tentu tidak berarti apa-apa, tetapi George Muller mengucap syukur dan mengambilnya sebagai benih imannya. Kemudian orang lain datang dan mememberikan sebuah lemari besar, 3 baskom air, sebuah wadah air minum, 28 piring makan, 4 pisau, 5 garpu, 3 tempat garam dan 4 cangkir. Kita dapat memberikan catatan yang rinci seperti itu, karena setiap uang dan benda yang diterimanya, semuanya dicatat dengan baik di dalam buku catatannya. Demikianlah George Muller yang memang gigih dan tekun dalam doanya, ia mencatat 25.000 daftar doanya yang dikabulkan Allah. Sebulan setelah ia berdoa untuk gedung panti asuhan itu, seseorang datang membawa sumbangan sejumlah yang ia doakan, 1.000 poundsterling. Karena ia tidak mau berhutang, hanya akan membangun kalau dananya sudah cukup, George Muller akhirnya memulai pembangunan satu setengah tahun kemudian, ketika pembangunan selesai dua tahun kemudian, ia masih memiliki uang kas sebesar 776 poundsterling. Selama hidupnya, ia membangun empat lagi gedung panti asuhan dengan cara yang sama, dan membantu 10.024 anak-anak. Dana untuk lima gedung tersebut adalah 575.000 poundsterling (sekitar 1.1 triliun dalam rupiah sekarang ini). Ia juga mendirikian 117 sekolah lainnya dan membantu 120.000 anak didik. Ia mulai berkhotbah keliling dunia pada usia 70 tahun selama 17 tahun berikutnya. Ia menjangkau tiga juta jiwa selama periode itu di 42 negara. Ia juga menjadi gembala atas satu jemaat dengan anggota berjumlah 2.000 jiwa ketika ia meninggal dunia pada usia 92 tahun.

Untuk ministry PIWA (ministry lansia) saya harap ini menjadi inspirasi, Opa/Oma belum cukup tua untuk melamban dan melepaskan impian. George Muller masih berkhotbah hingga usia 90 tahun. Untuk pemuda, ini mestinya menjadi tamparan keras – bangun, kerja keras, gigih!
Sayangnya setiap kali mendengar kisah seperti ini, manusia cenderung melihat hanya tentang doa yang dijawab dan semua pencapaian lainnya. Lalu merka berharap itu juga yang segera akan terjadi pada mereka. Itulah pemikiran yang sangat salah. Semua pencapaian itu selalu disertai berbagai pencobaan. Dalam wawancara dengan Charles Parsons, George Muller bercerita bahwa kian hari kian besar cobaan yang ia harus hadapi. Tetapi ia percaya bahwa itu adalah tempat pengujian imannya, ia bersandar pada Allah untuk tetap setia hingga akhirnya.
Seringkali persediaan makanan mereka sudah menipis, lalu ia akan mengajak semua asistennya untuk berdoa dan berdoa lagi. Ia sendiri berdoa setengah hari. Ia masih meneruskan doa-doanya sepanjang hari, sepanjang malam, ketika ia duduk atau berjalan. Ia juga menceritakan tentang doanya yang ia sudah doakan setiap hari selama 52 tahun untuk dua orang. Dua orang itu adalah anak dari teman-teman masa muda George Muller. Mereka belum bertobat hingga menjelang akhir hidup George, saat ia diwawancarai, tetapi ia sangat percaya bahwa mereka itu akan dimenangkan pada akhirnya. Poin pentingnya adalah jangan pernah menyerah sampai jawaban doa itu datang, demikian kata George Muller. Gigihlah juga dalam berdoa!
Pernyataan Thomas Alva Edison tidak bisa lebih benar lagi. Itu adalah fakta dan terlalu banyak kisah sukses seperti ini yang bisa diceritakan, yakni tentang jangan pernah menyerah. Kita bisa mulai dengan Thomas sendiri dalam menemukan materi yang tepat untuk lampu pijarnya. Kolonel Sanders yang ditolak berulang-ulang kali, tetapi kegigihan membawa KFC sebesar sekarang ini. Permohonan pinjaman Walt Disney ditolak 301 bank sebelum akhirnya ia mendapatkan persetujuan. Lihat jadi raksasa seperti apa perusahaan itu jadinya.
Jika saja kamu dapat melihat apa yang tersedia di belakang tirai, mungkin sedikit orang yang akan menyerah. Tetapi kan orang percaya memiliki mata rohani yang dapat menembus tirai itu, yang disebut dengan nama iman. Iman membuat kamu melihat yang tidak kelihatan.
Tapi koq banyak juga yang patah di tengah jalan? Jawabannya sederhana, sebab mereka lebih memakai mata jasmani mereka dari pada mata rohani mereka untuk menatap masa depan mereka.
Sebab mereka lebih melihat yang kelihatan dari pada yang tidak kelihatan. Sedangkan semua hal paling berharga itu ada dalam bentuk tidak kelihatan. Apa yang terlihat adalah kurang penting. Jadi berjuanglah demi apa yang tidak terlihat itu!
“Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan  janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;  6  karena Tuhan menghajar  orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” 12 Sebab itu kuatkanlah tangan yang lemah dan lutut yang goyah;  13   dan luruskanlah jalan bagi kakimu, sehingga yang pincang jangan terpelecok, tetapi  menjadi sembuh. Ibrani 12:5-6, 12-13
Anak pasti dihajar, artinya ia mengalami hal-hal yang berat untuk melatih dia. Saya juga mendisiplinkan anak saya demi kebaikan mereka.Saya tahu apa yang mereka butuhkan agar mereka berhasil kelak. Dan ketika sekarang hal-hal itu dibentuk dalam diri mereka, pasti tidak enak rasanya. Demikian juga kamu secara rohani, kamu perlu tahu bahwa disiplin dan bentukan yang sekarang kamu anggap sebagai hajaran itu adalah demi masa depanmu.
Jadi kuatkan kaki dan tangan, agar kamu jangan terpelecok. Ini tidak hanya secara fisik, tetapi secara emosional juga. Kuatkan hatimu, jangan biarkan menjadi pahit dan keras. Latih hatimu untuk siap menerima teguran yang terasa kurang enak, itu adalah demi kebaikanmu. Kalau kamu sudah dibentuk olehnya nanti pasti kamu akan sangat mensyukurinya.
Tetapi selanjutnya kita tahu firman Tuhan membeberkan tentang orang seperti Esau yang memiliki nafsu rendahan, hati yang tidak kuat dan mental yang payah. Itu seperti orang Kristen yang mengorbankan haknya atas sorga hanya demi semangkuk sakit hati, hanya demi sepiring perasaan tersinggung yang sangat berdosa.
Jika saja ia menyadari betapa berdosanya ia dengan sakit hati, pahit, kecewa dan lain sebagainya itu! Kelak, seperti Esau, orang ini akan meraung-raung mengharap dapat menerima hak itu kembali, tetapi Tuhan Yesus akan berkata, “Maaf, kamu terlambat!”
Mari berlatih hari ini. Kamu pasti tahu apa yang kamu akan lakukan untuk menjadi seperti apa yang Tuhan kehendaki. Sekarang brothers/sisters peserta “Tantangan 52 Hari” sangat menyadari hal ini. Mereka ini bukan sedang mengerjakan bonus atau ekstra untuk kerohanian mereka. Tidak! Justru mereka seperti Nehemia, sedang memperbaiki kembali hidup rohaninya yang sudah rubuh dan terbakar, serta menambal bagian yang berlubang. Itulah yang terjadi. Jadi tidak terlintas dalam pikiran mereka bahwa ini hanya untuk 52 hari, setelah itu merdeka. Tidak! Mereka sedang membangun hidup mereka yang sesuai dengan kehendak Allah.
Giatlah berlatih. Dan lihat pelajaran hari ini, apapun yang kamu minta dengan gigih dan tekun akan kamu terima. Apapun yang kamu kerjakan dengan gigih dan tekun akan kamu capai. Mintalah hal-hal besar dari Allah, maka hal-hal besar akan kamu terima.
Saya selalu menyukai pengakuan Bruce Lee berikut:
Mari, hari ini tetapkan apa yang kamu mau perbaiki. Kamu butuh bantuan orang lain untuk mendampingi komitmen yang kamu buat dengan Tuhan, bicarakan dengan pembimbing atau dengan salah satu peserta “Tantangan 52 Hari”. Jika kamu sedang berkunjung hari ini atas undangan seseorang, silahkan tanyakan dan bicarakan dengan orang yang mengundang. Jika kamu datang sendirian, silahkan datang kepada saya atau kepada mereka yang di samping kamu untuk membantu kamu dalam komitmen pada Tuhan. Jadilah Kristen yang gigih dan tekun!
Tuhan memberkati kita semua. Amen.
GKDI || MANADO || 21 Oktober 2018

Photo:
Pixabay.com
Pexels.com

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
#LovingTheLost 5 – The Prayer

togarsianturi

03 Apr 2017

Pelajaran yang kita dapat beberapa minggu terakhir memang secara khusus ditujukan kepada murid-murid Yesus, yakni orang-orang yang sudah membuat komitmen untuk mengikut Yesus dan rela meninggalkan segala sesuatu. Tetapi ini juga menjadi pelajaran sangat berharga untuk teman-teman yang sedang belajar firman dengan murid Yesus yang lain atau sahabat-sahabat yang pertama kali datang hari ini, sebab …