Home » Bible » Devotionals » Mengacungkan Telunjuk

Mengacungkan Telunjuk

togarsianturi 01 Dec 2016 13


Mengacungkan telunjuk ketika ditanya oleh guru adalah pertanda baik, anak pintar. Tetapi mengacungkan telunjuk kepada orang lain ketika satu persoalan mengemuka bisa menjadi sikap kurang terpandang, tidak bertanggungjawab. Mengancungkan telunjuk itu bisa baik atau buruk, tergantung arahnya ke mana dan apa maksudnya. Tahukah Anda bahwa arah telunjuk yang salah dapat membunuh karakter dan masa depan orang lain, dan kita juga?

Selama saya dan isteri mengkonseling pasangan-pasangan menikah, kami menemukan pasangan yang selalu mengacungkan telunjuknya sembari menyalahkan pasangannya tak akan pernah bisa bertumbuh dalam pernikahannya. Pernikahan itu tidak dapat mencapai apa yang menjadi tujuan awalnya ketika pernikahan itu didirikan. Begitu juga dengan orang yang tak pernah merasa salah, selalu menyalahkan orang lain, orang seperti itu tak akan bisa keluar dari kelemahannya. Oh, tunggu dulu, bahkan orang seperti itu tidak merasa kalau dirinya memiliki kelemahan.

Dengan menuding orang lain, tak perduli sebagus apa pemaparan argumennya, berarti kita sudah menyerahkan kendali atas hidup kepada orang itu. Remote yang menggerakkan kita tidak ada di tangan kita, orang lain yang punya kuasa untuk menentukan kita menjadi apa saja. Dan apa sajapun yang terjadi kepada kita sekarang, itu adalah karena hal-hal eksternal kita, kita sama sekali tidak bertanggungjawab. Tetapi coba renungkan dalam hati, masakan kita mengijinkan orang-orang itu mengobok-obok hidup kita hingga tak jelas bentuknya? Masakan kita santai saja jika orang lain bisa menekan remote kita sesuka hati mereka?

Mari, Bung, rebut kembali remote atas hidup kita. Dua ribu tahun lalu, Simon Petrus menuliskan begini, “Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu.  Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya.”

Dalam hidup kita mesti bersifat proaktif, jangan pasif apalagi hanya reaktif. Mengambil tanggungjawab bisa menimbulkan rasa sakit, itu benar. Tetapi apakah kita lebih suka rasa sakit untuk berubah atau rasa sakit karena tidak pernah berubah? Tidakkah kita lebih rela sakit setahun dua tahun dalam pembentukan daripada sakit puluhan tahun karena tak pernah bertumbuh?
Masa-masa yang selalu saya tunggu dari setiap sesi konseling yang menjadi moment of truth adalah ketika seseorang berkata, “Saya baru benar-benar klik. Selama ini sudah sering saya dengar, tetapi baru sekarang saya bisa merasa seratus persen yakin memang saya yang mesti berubah, bukan isteri saya, bukan orang lain.” Orang dengan statemen seperti itu sudah siap untuk terobosan dalam hidupnya. Orang itu akan melihat hari-hari baik dalam hidupnya. Orang itu akan melihat bahwa isterinya atau suaminya adalah seorang baik yang bijaksana. Ia akan memiliki banyak rencana untuk pengembangan dirinya, ia menjadi kurang mengoreksi orang lain, dan lebih fokus mengevaluasi dirinya sendiri.

Mulailah hari ini untuk memeriksa pada siapa saja kita telah menitipkan remote hidup kita selama ini. Mereka itu adalah orang yang sering kita salahkan, kita sebut ‘gara-gara’, gara-gara mereka maka kita seperti ini. Mereka itu orang-orang yang sering memicu kelemahan kita. Ambillah remote kita dari tangan atau dari perkataan mereka, dari tatapan mata atau cibiran mulut mereka.

Dan mulai hari ini, katakanlah “Tuhan memberiku tanggungjawab atas hidupku! Aku yang bertanggungjawab sekarang!”

Comment

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked*

    *

    *

    Related post
    INJIL UNTUK OPPUNG (Part 4: Bertobat)

    togarsianturi

    28 Nov 2020

    Usai pembicaraan poin sebelumnya dengan oppung, saya memastikan lagi apakah oppung dapat memahami pembicaraan kami atau ada yang hendak ditanyakan. Oppung menceritakan perasaan sukacitanya dengan pemahaman itu dan tidak ada pertanyaan. Lalu saya bertanya siapakah Yesus itu dalam iman oppung sekarang. Oppung yakin bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat baginya. Karena itu saya tuntun oppung …

    INJIL UNTUK OPPUNG (Part 3: Percaya)

    togarsianturi

    27 Nov 2020

    Sekarang kita masuk ke poin kedua, percaya. Sebenarnya ini adalah konsekuensi logis dan alami dari poin pertama. Apabila kita mengenal sejatinya siapa Yesus, tentu kita akan memercayaiNya. Tetapi karena kita manusia yang kerap gagal paham terminologi tertentu, biasanya juga karena ada kata-kata yang mengalami reduksi makna seiring berjalannya waktu, sehingga kita perlu mendefinisikan ulang kata …

    Hukum Persembahan yang Berkenan

    togarsianturi

    15 Aug 2019

    Allah memerintahkan kurban dan persembahan kepada umat Israel. Tuhan Yesus juga menegaskan agar murid-muridNya menginjil, melayani, dan memberi. Tetapi seperti orang Israel, dalam sejarahnya, dari waktu ke waktu gagal paham akan kehendak Allah, demikian juga orang Kristen sepanjang sejarah mereka. Manusia lebih menyukai aktifitas yang dapat kelihatan daripada motivasi hati yang tidak kelihatan. Tetapi Allah lebih …

    Bahaya Berbicara Tanpa Berpikir

    togarsianturi

    14 Aug 2019

    Alkitab banyak sekali membahas perihal kata-kata, tentang bagiamana kita berbicara. Alkitab juga menjelaskan bahwa perkataan kita adalah salah satu yang akan dihakimi pada akhir zaman, selain perbuatan dan motivasi hati. Perkataan itu sangat berkuasa, dapat menumbuhkan, tetapi juga dapat meruntuhkan. Perkataan dapat menjadi jerat, seperti perkataan penulis Amsal berikut ini. Suatu jerat bagi manusia ialah …

    3 Prinsip Bisnis Orang Percaya

    togarsianturi

    24 Jul 2019

    Seorang teman yang berdagang di pasar pernah berkata begini kepada saya, “Saya mana bisa untung kalau jujur-jujur!” Benar-benar kalimat yang membuat saya tercenung. Sebegitu kelam-kah sistem perdagangan sehingga cara untuk sukses adalah dengan berbuat dosa? Tidakkah kita bisa saling menguntungkan dengan cara yang jujur? Begitu juga pembeli berbuat munafik ketika menawar barang, ia menekan sekuat …

    Menimba Isi Hati

    togarsianturi

    21 Jul 2019

    Hubungan dan kerjasama menjadi sangat efektif apabila setiap orang dapat mengeluarkan isi hati masing-masing secara sehat dan bersahabat. Kebanyakan orang menolak untuk membukakan isi hati mereka karena mereka pernah memiliki pengalaman buruk atau mungkin menyaksikan pengalaman buruk menimpa orang yang terbuka. Tetapi ada juga orang yang memang tidak mengetahui apa yang ada dalam hati mereka …