Home » Bible » Devotionals » INJIL UNTUK OPPUNG Part 3 Percaya

INJIL UNTUK OPPUNG Part 3 Percaya

togarsianturi 27 Nov 2020 118

 

Sekarang kita masuk ke poin kedua, percaya. Sebenarnya ini adalah konsekuensi logis dan alami dari poin pertama. Apabila kita mengenal sejatinya siapa Yesus, tentu kita akan memercayaiNya. Tetapi karena kita manusia yang kerap gagal paham terminologi tertentu, biasanya juga karena ada kata-kata yang mengalami reduksi makna seiring berjalannya waktu, sehingga kita perlu mendefinisikan ulang kata “percaya” itu.

Faktanya adalah apa yang rasul Yohanes sebutkan:

Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. 11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. (Yohanes 1:10-11)

Perhatikan bagaimana rasul Yohanes menghubungkan mengenal Yesus (ayat 10) dengan menerima Yesus (ayat 11). Orang yang tidak mengenal Yesus dengan benar tidak mungkin bisa menerima dan percaya padaNya dalam pengertian yang sesunggguhnya.

Kita bisa melihat contoh kepercayaan yang dicatat di sepanjang Perjanjian Baru, beraneka ragam posisi dan latarbelakang mereka yang percaya, tetapi buah dari kepercayaan mereka selalu adalah sukacita dan pemberian diri. Sebagian dari mereka hanya bertemu dengan bayi Yesus yang bahkan belum berkata dan berbuat apa-apa, seperti Simeon dan Hana. Sebagian lagi adalah mereka yang memang mendapat keistimewaan untuk mendampingi Tuhan Yesus selama tiga setengah tahun, seperti Petrus dan Yohanes. Sebagian lagi adalah orang yang hanya menerima penglihatan akan Kristus Yesus, seperti Paulus. Bahkan ada orang yang hanya mendengar ajaran tentang Tuhan Yesus, seperti sida-sida dari Etiopia serta banyak jemaat-jemaat lainnya. Tetapi sekali mereka mengenal Tuhan Yesus, mereka tidak bisa menolakNya dan tidak bisa lepas dariNya.

Arti kata percaya sendiri dapat dibagi, setidaknya, kepada tiga pengertian berikut:

1. Percaya bahwa (menerima)

Ini adalah tingkat percaya yang terendah. Ini lebih kepada mengakui dan menerima fakta atau doktrin, menyetujui kebenaran. Inilah yang disebutkan dalam Yakobus 2:19, kalau kita percaya dan setuju bahwa Allah ada, setan juga percaya. Banyak orang bertengger di level ini, tetapi setan juga ada dalam gerombolan ini. Tentu saja di sini tidak ada keselamatan.

2. Percaya pada (melakukan)

Ini berarti melakukan kebenaran yang kita percaya. Setan sudah tidak masuk ke level ini, sayangnya banyak yang beragama Kristen bahkan turut tersaring juga tidak masuk ke level ini. Setan mengangkat dirinya sendiri tuan, karena itu ia tidak mungkin berserah dan melakukan kehendak Allah. Demikian jugalah dengan manusia-manusia yang mengaku percaya kepada Allah tetapi tidak menyerahkan seluruh hidupnya kepada Allah, mereka tidak melakukan apa yang mereka percayai. Anda percaya bahwa saya adalah Togar Sianturi, tetapi belum tentu Anda percaya pada saya. Sebab jika Anda percaya pada saya maka apapun yang saya beritahu akan Anda lakukan.

Kita menerima ajaran untuk mengampuni, contohnya, semua kita mengetahui hanya yang mengampuni yang akan diampuni, akan tetapi hanya orang yang melakukan pengampunan itulah yang masuk ke level ini. Beberapa tahun lalu saya, di Manado, untuk pertama kalinya mendengar lagu sekolah Minggu, “Baca kitab suci, doa tiap hari, kalau mau tumbuh..” Ternyata itu sudah diajarkan dari Sekolah Minggu, lalu mengapa orang-orang dewasa yang saya layani jarang sekali melakukannya? Mereka menerima, tetapi mereka tidak melakukannya.

3. Percaya senantiasa (mempertahankan)

Percaya dengan setia sebenarnya berasal dari kata yang sama. Hal itu jelas dalam bahasa Yunani, juga bahasa Inggeris (“faith” = iman dan “faithful” = setia). Dan bentuk kata kerja “percaya” dalam Injil Yohanes dan kitab lain adalah ‘Present Continuous Tense’ (sesuatu yang sedang terus terjadi). Jadi kata percaya itu, jika diterjemahkan sesuai bentuk waktu kata kerjanya adalah: go on believing (terus memercayai), bukan hanya believe (percaya).

Jadi percaya itu bukan peristiwa satu kali, melainkan sesuatu yang mesti kita pertahankan sampai kepada akhirnya. Intinya iman kita tahun lalu tidak menyelamatkan kita hari ini, kita mesti mempertahankan iman itu senantiasa. Keselamatan kita bermula ketika kita pertama kali percaya pada Tuhan Yesus, kita melakukan apa yang Dia perintahkan. Tetapi keselamatan itu menjadi penuh apabila kita tetap setia melakukan apa yang Tuhan perintahkan hingga akhirnya.

Lalu apa yang orang percaya lakukan?

Pertama, jika ingin melihat contohan orang yang tidak percaya adalah orang-rang Farisi dan ahli Taurat secara umum. Tuan mereka adalah diri mereka sendiri, mereka tidak sungguh-sungguh mengasihi Allah di atas segala-galanya. Mereka menggeluti firman Allah, menghafalnya dengan luar biasa, namun mereka tidak terhubung dengan Allah, mereka tidak taat. Jika melakukan saja ternyata tidak, mana mungkin mereka bisa berada di level 3 tadi. Mereka ini adalah orang-orang level 1.

“Ikutlah Aku!”

Ini mengapa setiap kali Tuhan Yesus memanggil orang menjadi muridNya, maka hanya 2 kata ini yang Tuhan Yesus pakai: “Ikutlah Aku!” Dan itulah yang orang percaya lakukan; mengikuti teladan Tuhan Yesus, apa yang Tuhan Yesus lakukan itulah yang mereka lakukan. Pikiran, perasaan, kehendak serta keingian mereka masih ada, tetapi bukan lagi itu yang memimpin mereka. Pikiran dan perasaan yang ada pada Kristus, itulah yang memenuhi mereka (Filipi 2:5).

Ini adalah apa yang Tuhan Yesus firmankan kepada orang-orang yang percaya padaNya dan mau menjadi pengikutNya:

 ”Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. (Lukas 14:26)

Hampir sembilan puluh persen orang yang saya minta menjelaskan ayat ini, setelah membacanya,  mengatakan bahwa kita harus menjadi pribadi yang mengasihi bila ingin menjadi murid Yesus. Setelah saya minta mereka membaca lagi lebih teliti, biasanya raut wajah mereka berubah. Benar, Tuhan Yesus mengatakan kalau seseorang ingin menjadi muridNya maka orang itu harus membenci semua orang terdekatnya, orang-orang terpenting dalam hidupnya bahkan nyawanya sendiri. Artinya adalah kalau mau menjadi murid Yesus maka kita harus menjadikan Tuhan Yesus satu-satunya Tuan yang memerintah atas hidup kita. Semua yang Tuhan Yesus sebutkan dalam nats di atas dari ayah hingga nyawa sendiri adalah tuan bagi kita selama ini. Sekarang mereka seperti kita benci karena tiba-tiba sekarang kita sangat meninggikan Yesus menjadi Tuan atas seluruh hidup kita. Yesuslah yang mengatur seluruh hidup kita.

Hanya 2 lembar berikutnya Tuhan Yesus menegaskan lagi:

Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Lukas 16:13)

Kita tidak bisa mengabdi kepada tuan. Demikian juga kita tidak bisa membuat orangtua dan semua orang-orang yang penting dalam hidup kita menjadi tuan bagi hidup kita di saat yang bersamaan mengaku kita percaya pada Yesus. Kita mesti memilih. Saya sendiri sudah merasakan hanya ketika Yesus menjadi satu-satunya Tuan dalam hidup saya, barulah saya bisa mengasihi orangtua saya dan semua orang lain terdekat saya dengan benar. Sebelum saya menjadi murid Yesus, saya sangat mengasihi orangtua saya, tapi pada kenyataannya saya masih mencuri dari mereka, menipu mereka. Namun karena Yesus menjadi Tuan saya dan saya mesti menaatiNya; Dia tidak mengijinkan saya melakukannya lagi. Malah Dia memberitahu saya bagaimana saya mesti bersikap yang benar terhadap mereka. Begitulah dalam segala aspek hidup saya dan dalam setiap hubungan saya dengan siapapun juga, Tuhan Yesus mengatur semuanya.

Inilah makna dari percaya kepada Tuhan Yesus. Percaya bukan hanya sekedar kata-kata, tetapi perbuatan dan kesetiaan. Mereka itu mengenal dan menerima Tuhan Yesus dalam hidup mereka, mereka senantiasa melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Kabar baiknya, kepada mereka itu dikaruniakan hak istimewa yang sangat besar, yakni menjadi anak-anak Allah.

Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. (Yohanes 1:12-13)

Oppung mengangguk dengan senyum manis di wajahnya. Beliau tampak sangat puas sebab banyak pertanyaan hatinya terjawab. Kemudian beliau membuat asosiasi, menjalin hubungan-hubungan dari satu hal kepada hal lain yang beliau ketahui selama ini. Oppung selama ini tidak bisa benar-benar memahami sebab ternyata masih banyak orang-orang yang bergereja tapi sesungguhnya belum percaya. Tetapi bukan itu soal yang peting buat oppung, yang penting adalah bagaimana dalam hidupnya pun Yesus Kristus menjadi Tuan satu-satunya. Beliau melihat itulah yang mengubahkan hidup dan yang akan membawa kepada kekekalan.

Sekali lagi beliau melihat bahwa semua hal yang beliau telah belajar selama ini ternyata adalah jembatan yang Tuhan bangun selama puluhan tahun untuk membawa beliau kepada kabar baik yang sepenuhnya, Injil Yesus Kristus. Kedua hal itu perlu dipertentangkan. Beliau membayangkan betapa dahsyat dan ajaibnya hidup orang-orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus. Dari sharing dan ekspresi wajahnya berbicara betapa luar biasanya hikmat Allah dan dahsyat sekali rencanaNya bagi semua orang yang mau menjadi anakNya, mereka yang mau percaya pada Anak TunggalNya. Terlebih lagi semua itu ternyata sudah dituliskan dalam firmanNya sejak zaman dahulu kala. Terpujilah Allah kita senantiasa. Amen.

 

(bersambung ke part 4)

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Related post
INJIL UNTUK OPPUNG Part 4 Bertobat

togarsianturi

28 Nov 2020

  Usai pembicaraan poin sebelumnya dengan oppung, saya memastikan lagi apakah oppung dapat memahami pembicaraan kami atau ada yang hendak ditanyakan. Oppung menceritakan perasaan sukacitanya dengan pemahaman itu dan tidak ada pertanyaan. Lalu saya bertanya siapakah Yesus itu dalam iman oppung sekarang. Oppung yakin bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat baginya. Karena itu saya tuntun …

INJIL UNTUK OPPUNG Part 2 LOGOS

togarsianturi

26 Nov 2020

  Oppung memerhatikan dengan seksama isi pembicaraan kami itu. Pendengarannya sudah mulai berkurang, tetapi semangat belajarnya masih seperti sedia kala. Setelah beberapa waktu saya menjabarkan Yohanes Pasal 1 itu, oppung kemudian bertanya dalam bahasa Batak, “Jadi songondia do dalanna?” (Jadi bagaimana caranya?). Oppung mau tahu apa saja yang Tuhan kehendaki untuk hidupnya dan bagaimana beliau …

INJIL UNTUK OPPUNG Part 1 Pengantar

togarsianturi

24 Nov 2020

  Seperti mungkin anda ketahui bahwa latar belakang kepercayaan keluarga besar saya adalah Golongan Siradja Batak, yang merupakan kepercayaan tradisional orang Batak (sering disebut ugamo Batak). Saya mulai diperkenalkan kepada Tuhan Yesus pada bulan September 1998. Saya diajar Alkitab secara pribadi oleh satu mentor dari komunitas di mana saya dan istri saya melayani hingga sekarang …

Hukum Persembahan Yang Berkenan

togarsianturi

15 Aug 2019

  Allah memerintahkan kurban dan persembahan kepada umat Israel. Tuhan Yesus juga menegaskan agar murid-muridNya menginjil, melayani, dan memberi. Tetapi seperti orang Israel, dalam sejarahnya, dari waktu ke waktu gagal paham akan kehendak Allah, demikian juga orang Kristen sepanjang sejarah mereka. Manusia lebih menyukai aktifitas yang dapat kelihatan daripada motivasi hati yang tidak kelihatan. Tetapi …

Bahaya Berbicara Tanpa Berpikir

togarsianturi

14 Aug 2019

  Alkitab banyak sekali membahas perihal kata-kata, tentang bagiamana kita berbicara. Alkitab juga menjelaskan bahwa perkataan kita adalah salah satu yang akan dihakimi pada akhir zaman, selain perbuatan dan motivasi hati. Perkataan itu sangat berkuasa, dapat menumbuhkan, tetapi juga dapat meruntuhkan. Perkataan dapat menjadi jerat, seperti perkataan penulis Amsal berikut ini. Suatu jerat bagi manusia …

3 Prinsip Bisnis Orang Percaya

togarsianturi

24 Jul 2019

  Seorang teman yang berdagang di pasar pernah berkata begini kepada saya, “Saya mana bisa untung kalau jujur-jujur!” Benar-benar kalimat yang membuat saya tercenung. Sebegitu kelam-kah sistem perdagangan sehingga cara untuk sukses adalah dengan berbuat dosa? Tidakkah kita bisa saling menguntungkan dengan cara yang jujur? Begitu juga pembeli berbuat munafik ketika menawar barang, ia menekan …