Amsal, Togar Sianturi
Home » Bible » Devotionals » Kebenaran Pembicara Pertama

Kebenaran Pembicara Pertama

togarsianturi 14 Jul 2019 16

Setiap persoalan memiliki beberapa sisi yang berbeda. Setiap orang biasanya melihat dari sisi mereka, sehingga argumentasi dan emosi mereka menjadi berbeda dengan orang yang melihat sisi yang lain. Itu kenapa dua pihak bisa menjadi konflik, karena mereka masing-masing melihat dari sisi yang berbeda.

Penulis Amsal sudah mengetahui itu sejak tiga ribu tahun yang lalu. Maka ia telah menuliskan prinsip yang sangat penting, yang bahkan orang-orang dari generasi sekarang ini masih harus serius mempelajarinya.

Pembicara pertama dalam suatu pertikaian nampaknya  benar, lalu datanglah orang lain dan menyelidiki perkaranya. (Amsal 18:17)

Prinsip hukum di Indonesia, “azas praduga tak bersalah” adalah kebenaran yang terkandung dalam nats di atas. Petugas hukum harus bijak untuk menganalisa segala sesuatu, tetapi ia tidak akan memutuskan seseorang bersalah hanya berdasarkan keterangan pelapor. Untuk menetapkan tersangka saja, masih jauh dari vonis bersalah, petugas hukum mesti mengantongi minimal dua alat bukti.

Adalah sebuah keistimewaan (privilege) untuk membantu mengkonseling orang lain. Lebih istimewa lagi apabila seseorang mampu menyelesaikan setiap konflik dalam hidupnya secara memuaskan. Inilah yang akan memuliakan Allah dan menguatkan umatNya sehingga Kerajaan Allah berkuasa luar biasa di dunia ini.

1. Hargai dan empati terhadap curhat orang pertama, tetapi jangan terikut dengannya.

Seseorang tidak bisa menjadi konselor jika ia bersifat tendensius. Orang tendensius tak bisa menyelesaikan perkara. Bahkan ia sendiri akan menjadi orang yang sulit untuk menyelesaikan konflik ketika ia yang terjatuh ke dalamnya. Orang seperti ini terlalu yakin akan kebenarannya, ia buta terhadap sisi lain dari perkara itu.

Tetapi seorang pendengar yang baik pasti memiliki sikap empati yang baik. Untuk dapat memahami apa yang orang itu benar-benar rasakan, haruslah ikut ke dalam sepatu orang itu. Ikut bukan untuk menjadi sekutu yang bersekongkol dengannya tetapi untuk mengerti situasi emosi orang itu.

2. Pembicara pertama, umumnya, hanya memberitahu kebenarannya. Pihak manapun selalu memiliki ‘good reason’.

Tidak selalu karena orang ini jahat dan ingin memfitnah pihak lain yang membuatnya merasa paling benar, tetapi bisa juga karena ia sudah terjatuh begitu dalam kepada rasa sakit yang menyempitkan pikiran rasional-nya. Data lain menjadi kabur baginya, hanya pikiran dan datanya sendiri yang jelas.

Tidak ada manusia yang tidak memiliki ‘good reason’ (alasan baik mengapa ia melakukan apa yang ia lakukan). Good reason itu tidak selalu benar, tetapi itu valid (sah) bagi dirinya. Valid tidak berarti harus benar. Orang yang tidak mengerti akan good reason ini akan beranggapan pihak kedua sebagai pihak yang kehilangan akal sehatnya atau sudah sangat jahat.

Pendengar pihak pertama mesti selalu ingat bahwa pihak kedua di seberang sana juga pasti memiliki alasan baik atas tindakan atau perkataannya. Sebab ketika pihak kedua datang, melalui penjelasannya ia akan membuat si pendengar ini berbalik menyalahkan pihak pertama tadi.

3. Masalah selesai dengan baik ketika kedua belah pihak mau pergi ke sisi pihak lain dan merasakan sepatu orang yang bersangkutan.

Untuk mau berpindah ke sisi pihak sebelah memang membutuhkan kerendahan hati. Orang yang terlanjur sangat sakit hati biasanya enggan melakukan itu, menganggapnya sebagai tindakan mubazir. Padahal hanya itu solusi untuk konfliknya. Orang yang tidak mengambil solusi itu akan hancur oleh konflik.

Setiap orang mestinya dapat menyadari bahwa ada musuh yang terus berusaha mengadu domba mereka sehingga rancangan Allah urung terjadi atas hidup mereka. Musuh itu memprovokasi dan sangat ahli memperdalam luka dalam hati orang yang sedang konflik.

Para pihak seharusnya juga mau tenang memikirkan apakah kerugian yang ia akan alami jika terus mempertahankan ‘kebenaran’nya dan apa untungnya jika ia merendahkan hati untuk menyelesaikannya!

Bapa, beri kami hati yang penuh kasih untuk memahami orang lain, tetapi beri kami kebijaksanaan juga untuk memahami duduk persoalan sebenarnya serta hikmat dan kerendahan hati untuk menyelesaikannya. Amen.

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
INJIL UNTUK OPPUNG (Part 4: Bertobat)

togarsianturi

28 Nov 2020

Usai pembicaraan poin sebelumnya dengan oppung, saya memastikan lagi apakah oppung dapat memahami pembicaraan kami atau ada yang hendak ditanyakan. Oppung menceritakan perasaan sukacitanya dengan pemahaman itu dan tidak ada pertanyaan. Lalu saya bertanya siapakah Yesus itu dalam iman oppung sekarang. Oppung yakin bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat baginya. Karena itu saya tuntun oppung …

INJIL UNTUK OPPUNG (Part 3: Percaya)

togarsianturi

27 Nov 2020

Sekarang kita masuk ke poin kedua, percaya. Sebenarnya ini adalah konsekuensi logis dan alami dari poin pertama. Apabila kita mengenal sejatinya siapa Yesus, tentu kita akan memercayaiNya. Tetapi karena kita manusia yang kerap gagal paham terminologi tertentu, biasanya juga karena ada kata-kata yang mengalami reduksi makna seiring berjalannya waktu, sehingga kita perlu mendefinisikan ulang kata …

Hukum Persembahan yang Berkenan

togarsianturi

15 Aug 2019

Allah memerintahkan kurban dan persembahan kepada umat Israel. Tuhan Yesus juga menegaskan agar murid-muridNya menginjil, melayani, dan memberi. Tetapi seperti orang Israel, dalam sejarahnya, dari waktu ke waktu gagal paham akan kehendak Allah, demikian juga orang Kristen sepanjang sejarah mereka. Manusia lebih menyukai aktifitas yang dapat kelihatan daripada motivasi hati yang tidak kelihatan. Tetapi Allah lebih …

Bahaya Berbicara Tanpa Berpikir

togarsianturi

14 Aug 2019

Alkitab banyak sekali membahas perihal kata-kata, tentang bagiamana kita berbicara. Alkitab juga menjelaskan bahwa perkataan kita adalah salah satu yang akan dihakimi pada akhir zaman, selain perbuatan dan motivasi hati. Perkataan itu sangat berkuasa, dapat menumbuhkan, tetapi juga dapat meruntuhkan. Perkataan dapat menjadi jerat, seperti perkataan penulis Amsal berikut ini. Suatu jerat bagi manusia ialah …

3 Prinsip Bisnis Orang Percaya

togarsianturi

24 Jul 2019

Seorang teman yang berdagang di pasar pernah berkata begini kepada saya, “Saya mana bisa untung kalau jujur-jujur!” Benar-benar kalimat yang membuat saya tercenung. Sebegitu kelam-kah sistem perdagangan sehingga cara untuk sukses adalah dengan berbuat dosa? Tidakkah kita bisa saling menguntungkan dengan cara yang jujur? Begitu juga pembeli berbuat munafik ketika menawar barang, ia menekan sekuat …

Menimba Isi Hati

togarsianturi

21 Jul 2019

Hubungan dan kerjasama menjadi sangat efektif apabila setiap orang dapat mengeluarkan isi hati masing-masing secara sehat dan bersahabat. Kebanyakan orang menolak untuk membukakan isi hati mereka karena mereka pernah memiliki pengalaman buruk atau mungkin menyaksikan pengalaman buruk menimpa orang yang terbuka. Tetapi ada juga orang yang memang tidak mengetahui apa yang ada dalam hati mereka …