Amsal, Togar Sianturi
Home » Bible » Devotionals » Pertengkaran yang Tidak Perlu Terjadi

Pertengkaran yang Tidak Perlu Terjadi

togarsianturi 11 Jul 2019 9

Entah berapa banyak pembunuhan, di berita-berita, yang hanya bermula dari perselisihan kecil. Perselisihan kecil itu berkembang menjadi pertengkaran, pertengkaran makin hebat hingga berakhir dengan melayangnya nyawa satu pihak. Seseorang tadinya mungkin hanya ingin menuntut haknya atau menyatakan ketidaksenangannya, tapi hal wajar itu berujung dengan kematian tak wajar.

Salomo memberikan nasehat berikut untuk mengingatkan manusia bahwa pertengkaran itu tidak ada untungnya. Peribahasa lawas ini benar adanya, “kalah jadi abu, menang jadi arang.” Orang yang kalah bisa mati atau setidaknya sakit hati, sedangkan orang yang menang masuk penjara atau setidaknya jatuh dosa.

Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai. (Amsal 17:14)

Adalah sangat bijak untuk menghindari pertengkaran sebelum terjadi. Gejala-gejala yang membuka jalan air itu sangat jelas. Di titik itulah tantangannya. Di situlah ketahuan apakah seseorang bijak atau bodoh.

Orang yang bijak memilih menghindarinya, tetapi orang bodoh yang malah membangkit-bangkitkannya. Alkitab menasehatkan orang percaya untuk meredakan amarahnya, bukan melampiaskannya.

1. Jangan mengikuti sakit hati, jalannya selalu sesat

Orang yang sakit hati itu tidak ubahnya seperti harimau yang terluka; meradang dan siap membunuh siapa saja. Orang yang terluka akan melukai orang lain. Apabila sakit hati seperti itu mengalami eskalasi maka di puncaknya seseorang sudah sanggup melakukan apa saja.

Sakit hati itu mengerikan. Sakit hati bisa berbuat tindakan yang tidak masuk akal sama sekali sebab sakit hati membuat bagian otak pertimbangan logis seseorang mati. Ketika sakit hati, hal terbaik adalah pergi sujud berdoa kepada Allah, mohon bimbingan Roh Kudus, serta minta bantuan dari orang kudus lainnya.

2. Adanya saja perkara sudah merupakan kekalahan

Kepada jemaat Korintus yang gemar sekali berseteru Paulus menuliskan demikian:

Adanya saja perkara di antara kamu yang seorang terhadap yang lain telah merupakan kekalahan bagi kamu. Mengapa kamu tidak lebih suka menderita ketidakadilan? Mengapakah kamu tidak lebih suka dirugikan? (1Korintus 6:6)

Seperti kita tahu di Korintus-lah jemaat terpecah-pecah menjadi golongan Paulus, Apollos, dan lain-lain. Mereka merasa diri mereka lebih benar. Mereka tidak rela merasa rugi dan diperlakukan tidak adil. Mereka saling menuntut dan saling melukai. Tetapi orang percaya mesti punya keyakinan di atas, tidak perduli siapa yang memulai atau siapa yang salah tetapi yang pasti bila ada perkara maka gereja Tuhan mengalami kekalahan. Gereja itu satu, harus bersatu, jangan sampai berseteru dan terpecah-pecah.

3. Sadarilah bahwa diri kita juga bisa melakukan hal yang sama

Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu. (1 Korintus 6:8)

Paulus mengingatkan orang-orang yang tak sudi dirugikan atau orang-orang yang berang karena merasa diperlakukan dengan tidak adil. Tetapi, bukankah kita sendiri juga kerap berlaku tidak adil? Bukankah kita sendiri sering tidak konsisten bahkan terhadap diri kita sendiri?

Dengan pemahaman ini, kita pasti bisa lebih toleran terhadap kekurangan sesama kita dan tak perlu membiarkan sakit hati merusak hati kita.

Bapa, mampukan kami senantiasa menguasai hati kami dengan baik. Amen.

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
INJIL UNTUK OPPUNG (Part 4: Bertobat)

togarsianturi

28 Nov 2020

Usai pembicaraan poin sebelumnya dengan oppung, saya memastikan lagi apakah oppung dapat memahami pembicaraan kami atau ada yang hendak ditanyakan. Oppung menceritakan perasaan sukacitanya dengan pemahaman itu dan tidak ada pertanyaan. Lalu saya bertanya siapakah Yesus itu dalam iman oppung sekarang. Oppung yakin bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat baginya. Karena itu saya tuntun oppung …

INJIL UNTUK OPPUNG (Part 3: Percaya)

togarsianturi

27 Nov 2020

Sekarang kita masuk ke poin kedua, percaya. Sebenarnya ini adalah konsekuensi logis dan alami dari poin pertama. Apabila kita mengenal sejatinya siapa Yesus, tentu kita akan memercayaiNya. Tetapi karena kita manusia yang kerap gagal paham terminologi tertentu, biasanya juga karena ada kata-kata yang mengalami reduksi makna seiring berjalannya waktu, sehingga kita perlu mendefinisikan ulang kata …

Hukum Persembahan yang Berkenan

togarsianturi

15 Aug 2019

Allah memerintahkan kurban dan persembahan kepada umat Israel. Tuhan Yesus juga menegaskan agar murid-muridNya menginjil, melayani, dan memberi. Tetapi seperti orang Israel, dalam sejarahnya, dari waktu ke waktu gagal paham akan kehendak Allah, demikian juga orang Kristen sepanjang sejarah mereka. Manusia lebih menyukai aktifitas yang dapat kelihatan daripada motivasi hati yang tidak kelihatan. Tetapi Allah lebih …

Bahaya Berbicara Tanpa Berpikir

togarsianturi

14 Aug 2019

Alkitab banyak sekali membahas perihal kata-kata, tentang bagiamana kita berbicara. Alkitab juga menjelaskan bahwa perkataan kita adalah salah satu yang akan dihakimi pada akhir zaman, selain perbuatan dan motivasi hati. Perkataan itu sangat berkuasa, dapat menumbuhkan, tetapi juga dapat meruntuhkan. Perkataan dapat menjadi jerat, seperti perkataan penulis Amsal berikut ini. Suatu jerat bagi manusia ialah …

3 Prinsip Bisnis Orang Percaya

togarsianturi

24 Jul 2019

Seorang teman yang berdagang di pasar pernah berkata begini kepada saya, “Saya mana bisa untung kalau jujur-jujur!” Benar-benar kalimat yang membuat saya tercenung. Sebegitu kelam-kah sistem perdagangan sehingga cara untuk sukses adalah dengan berbuat dosa? Tidakkah kita bisa saling menguntungkan dengan cara yang jujur? Begitu juga pembeli berbuat munafik ketika menawar barang, ia menekan sekuat …

Menimba Isi Hati

togarsianturi

21 Jul 2019

Hubungan dan kerjasama menjadi sangat efektif apabila setiap orang dapat mengeluarkan isi hati masing-masing secara sehat dan bersahabat. Kebanyakan orang menolak untuk membukakan isi hati mereka karena mereka pernah memiliki pengalaman buruk atau mungkin menyaksikan pengalaman buruk menimpa orang yang terbuka. Tetapi ada juga orang yang memang tidak mengetahui apa yang ada dalam hati mereka …