Amsal, Togar Sianturi
Home » Bible » Devotionals » Seek First to Understand, Then to be Understood

Seek First to Understand, Then to be Understood

togarsianturi 16 Jul 2019 18
Judul di atas adalah habit ke 5 dari 7 Habits of Highly Effective People karya almarhum Stephen Covey. Kemampuan memahami orang lain terlebih dahulu adalah jalan kepada efektivitas dan keberhasilan. Ini masuk kategori keberhasilan publik, bukan lagi keberhasilan pribadi diri seseorang. Tetapi hanya orang yang sukses dengan pribadinya yang dapat sukses dengan publik. Kebiasaan itu membuat seseorang berhasil dalam hubungan-hubungannya.
Memahami orang lain dapat dilakukan orang yang punya keahlian mendengar. Mendengar tidak terjadi hanya melalui organ telinga. Selain telinga, mendengar itu melibatkan mata, hati, dan pikiran. Maka penulis Amsal memberi nasehat berikut.
Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya. (Amsal 18:13)
Keras sekali pernyataan tersebut kepada orang yang memberi jawab ketika belum paham duduk persoalan. Orang itu ingin menonjol tetapi yang terjadi justru ia sedang mempermalukan dirinya sendiri, ia mempertontonkan kebodohannya. Mendengar yang dimaksud tentu bukan hanya tentang menggunakan telinga, tetapi mengerti dan memahami dengan baik apa yang sedang dibicarakan.

1. Orang pintar kelihatan dari perkataannya, tetapi orang bijak dari pertanyaannya

Bertanya adalah bagian dari mendengarkan dan memahami. Pertanyaan diajukan oleh orang yang ingin tahu lebih jelas. Karena itu, pertanyaan menunjukkan tingkat pemahaman juga. Sayangnya, banyak orang yang lebih berusaha mengasah kemampuan berbicara, kurang mendengarkan sehingga kurang bertanya. Padahal kemampuan mendengar menentukan kualitas perkataan. Orang pintar hebat berkata-kata, tetapi orang bijak ahli mengajukan pertanyaan yang tepat.
Tuhan Yesus kerap menjawab pertanyaan dengan kembali bertanya. Itu sangat signifikan untuk beberapa alasan; seperti membuat orang yang bertanya juga berpikir, dan menghindarkan kita “memberi mutiara kepada babi”. Murid Yesus pun perlu semakin ahli dalam bertanya. Tetapi kerendahan hati, cinta dan keperdulian, serta semangat belajar dan kemampuan mencerna adalah modal untuk bertanya yang baik.

2. Dengarkan untuk memahami, bukan untuk memberi jawab

Hati orang berpengertian memperoleh pengetahuan, dan telinga orang bijak menuntut pengetahuan. (Amsal 18:15)
Mendengar hanya untuk memberi jawab membunuh empati, akibatnya adalah gagal paham. Gagal paham sudah pasti gagal solusi, gagal solusi berarti mal praktek, jadi hidup akan bermasalah. Orang yang tidak memahami duduk persoalan tidak punya hak untuk memberikan nasehat dan solusi.
Sama seperti di atas; ini pun membutuhkan cinta, kesiapan mencerna persoalan yang sedang dibicarakan, serta semangat belajar yang tinggi sehingga terhindar dari poin berikut.

3. Klarifikasi, jangan asumsi

Bertanya juga menghindarkan diri dari asumsi. Asumsi itu mirip salah jalan, terkadang sudah bicara ini dan itu tetapi ternyata kasusnya salah karena belum diklarifikasi. Pengertian dan pengalaman masing-masing orang berbeda atas peristiwa atau perkataan tertentu. Maka itu klarifikasi butuh dilakukan agar tidak salah obat, tidak menyia-nyiakan waktu.
Jangan cepat menyimpulkan, rajinlah mengklarifikasi. Kalau kita sudah se-frekuensi dengan lawan bicara, maka pembicaraan menjadi semakin efektif. Setelah kita mengerti orang lain, barulah kita bisa berharap dimengerti orang lain.
Bapa, beri kami hati yang cukup perduli untuk mendengarkan serta hati yang cukup bijaksana untuk bertanya. Amen.

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
INJIL UNTUK OPPUNG (Part 4: Bertobat)

togarsianturi

28 Nov 2020

Usai pembicaraan poin sebelumnya dengan oppung, saya memastikan lagi apakah oppung dapat memahami pembicaraan kami atau ada yang hendak ditanyakan. Oppung menceritakan perasaan sukacitanya dengan pemahaman itu dan tidak ada pertanyaan. Lalu saya bertanya siapakah Yesus itu dalam iman oppung sekarang. Oppung yakin bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat baginya. Karena itu saya tuntun oppung …

INJIL UNTUK OPPUNG (Part 3: Percaya)

togarsianturi

27 Nov 2020

Sekarang kita masuk ke poin kedua, percaya. Sebenarnya ini adalah konsekuensi logis dan alami dari poin pertama. Apabila kita mengenal sejatinya siapa Yesus, tentu kita akan memercayaiNya. Tetapi karena kita manusia yang kerap gagal paham terminologi tertentu, biasanya juga karena ada kata-kata yang mengalami reduksi makna seiring berjalannya waktu, sehingga kita perlu mendefinisikan ulang kata …

Hukum Persembahan yang Berkenan

togarsianturi

15 Aug 2019

Allah memerintahkan kurban dan persembahan kepada umat Israel. Tuhan Yesus juga menegaskan agar murid-muridNya menginjil, melayani, dan memberi. Tetapi seperti orang Israel, dalam sejarahnya, dari waktu ke waktu gagal paham akan kehendak Allah, demikian juga orang Kristen sepanjang sejarah mereka. Manusia lebih menyukai aktifitas yang dapat kelihatan daripada motivasi hati yang tidak kelihatan. Tetapi Allah lebih …

Bahaya Berbicara Tanpa Berpikir

togarsianturi

14 Aug 2019

Alkitab banyak sekali membahas perihal kata-kata, tentang bagiamana kita berbicara. Alkitab juga menjelaskan bahwa perkataan kita adalah salah satu yang akan dihakimi pada akhir zaman, selain perbuatan dan motivasi hati. Perkataan itu sangat berkuasa, dapat menumbuhkan, tetapi juga dapat meruntuhkan. Perkataan dapat menjadi jerat, seperti perkataan penulis Amsal berikut ini. Suatu jerat bagi manusia ialah …

3 Prinsip Bisnis Orang Percaya

togarsianturi

24 Jul 2019

Seorang teman yang berdagang di pasar pernah berkata begini kepada saya, “Saya mana bisa untung kalau jujur-jujur!” Benar-benar kalimat yang membuat saya tercenung. Sebegitu kelam-kah sistem perdagangan sehingga cara untuk sukses adalah dengan berbuat dosa? Tidakkah kita bisa saling menguntungkan dengan cara yang jujur? Begitu juga pembeli berbuat munafik ketika menawar barang, ia menekan sekuat …

Menimba Isi Hati

togarsianturi

21 Jul 2019

Hubungan dan kerjasama menjadi sangat efektif apabila setiap orang dapat mengeluarkan isi hati masing-masing secara sehat dan bersahabat. Kebanyakan orang menolak untuk membukakan isi hati mereka karena mereka pernah memiliki pengalaman buruk atau mungkin menyaksikan pengalaman buruk menimpa orang yang terbuka. Tetapi ada juga orang yang memang tidak mengetahui apa yang ada dalam hati mereka …