KONFLIK DAN REKONSILIASI
(inspired by a lesson from John Louis – Central Christian Church, Singapore)
Konflik pasti selalu terjadi, apakah kita masih muda atau sudah tua, kaya atau miskin, pendidikan tinggi atau rendah, semua tetap saja memiliki konfliknya sendiri. Gereja yang bertumbuh pun senantiasa mengalami konflik.
Menurut saya, 3 alasan mengapa konflik selalu terjadi:
- Iblis masih hidup, ia terus bekerja dan tekun untuk mencapai tujuannya, betapa kita mesti berwaspada,
- Semua manusia berbeda, pengalaman dan temperamen kita berbeda, sehingga kita terus perlu belajar mengasihi. Apakah Anda menyadari betapa tidak satupun manusia yang hidup di dunia ini memiliki sidik jari bahkan irama denyut jantung yang sama? Tuhan benar-benar membuat kita unik dan itu berarti berbeda, bagi Tuhan karena Dia punya maksud khusus bagi kita, tetapi bagi Iblis itu menjadi peluang untuk memecah belah,
- Allah mengijinkannya menumbuhkan kita, besi menajamkan besi dan manusia menajamkan sesamanya.
Gereja yang sehat bukan yang tidak punya konflik tetapi yang dapat menyelesaikan konflik secara alkitabiah. Konflik sakit hati seorang murid Yesus dengan yang lain, bila tidak diselesaikan hingga sempurna pengampunannya dan mereka menjadi sembuh, maka Iblis akan memiliki pintu masuk ke dalam jemaat. Maka kita harus mengambil konflik secara serius dan menyelesaikannya. Demikian juga untuk keluarga dan setiap hubungan yang kita miliki.
Kita yang sudah cukup lama jadi murid Yesus atau merasa diri cukup dewasa, jangan anggap remeh, kita juga masih mungkin menjadi korban dari konflik. Sakit hati masih mungkin menjangkiti kita seperti kanker. Dan mohon maaf, tapi nampaknya semakin bertambahnya usia justru kita semakin rentan terhadap kanker.
Mari kita buka firman Tuhan:
Kejadian 4:23-24 Berkatalah Lamekh kepada kedua isterinya itu: “Ada dan Zila, dengarkanlah suaraku: hai isteri-isteri Lamekh, pasanglah telingamu kepada perkataanku ini: Aku telah membunuh seorang laki-laki karena ia melukai aku, membunuh seorang muda karena ia memukul aku sampai bengkak; 24 sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat.”
Lamekh dipukul seorang muda lalu ia membunuh orang itu. Bagi Lamekh, kalau Kain dibalas 7 kali maka Lamekh mesti dibalas 77 kali lipat. Itu yang dicatat dalam kitab pertama Perjanjian Lama, lalu lihat apa yang Yesus katakan di Kitab pertama Perjanjian Baru:
Matius 18:21-22 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” 22 Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
Luar biasa Yesus membalikkan apa yang Lamekh katakana, Lamekh berprinsip pada balas dendam, prinsip Sorga yang dibawa Tuhan Yesus adalah mengampuni. Lamekh adalah pelajaran dari dunia; membalas 77 kali lipat tetapi Tuhan Yesus mengajar kita mengampuni 70 x 7 = 490 kali. Ajaran Yesus harus menjadi prinsip dalam Kerajaan Allah, begitu juga dalam gereja ini sebab ini adalah KerajaanNya. Murid Yesus mesti bisa memutarbalikkan ajaran yang dari dunia. Kitalah yang mesti memasang standard bagi dunia ini.
Kitalah yang menjadi pengharapan untuk memasang standard bagi suami, isteri, orang tua, singles, mahasiswa dan teens. Ingatlah itu setiap kali kita berinteraksi dengan orang lain. Kita adalah pelita Tuhan untuk dunia yang gelap gulita ini.
Tapi sejujurnya, bukanlah sebuah perkara gampang untuk melakukannya. Mari kita lihat respon murid-murid ketika mendengar bagaimana Yesus mengajarkan pengampunan:
Lukas 17:3-5 Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. 4 Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.” 5 Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: “Tambahkanlah iman kami!”
Mengampuni seseorang sebanyak 3 kali adalah lumrah bagi orang Yahudi, tetapi dalam pertanyaannya, Petrus tidak menyebutkan angka itu melainkan 7 kali, pasti Petrus berpikir akan mendapat ancungan jempol dari Tuhan Yesus, tetapi di luar dugaan justru Yesus mengatakan tidak. Yesus berkata bukan 7 kali seumur hidup, tetapi bahkan 7 kali seharipun masih harus kita ampuni. Apakah Anda perhatikan bagaimana dunia di generasi kita juga mengajarkannya bahkan dalam lagu, “Satu kali kau sakiti hati ini, masih kumaafkan… Tapi jangan sampai tiga kali….”
Tetapi Yesus mengatakan 490 kali, dapat kita bayangkan jika jumlah itu mesti dinyanyikan dalam lagu tadi mulai dari 1 kali hingga 490 kali, “…tapi jangan sampai 491 kali…., itu pasti akan menjadi lagu yang sangat melelahkan dan panjang. Tetapi bagi saya, Yesus tidak hanya berbicara angka matematis sebab bagi orang Yahudi angka puluhan berarti tidak terbatas dan angka 7 adalah angka sempurna. Yesus mau mengatakan agar kita selalu mengampuni dengan sempurna tanpa batas. Artinya kita tidak membuat pengampunan yang dangkal atau palsu yang penting selesai saja. Yesus mau kita mengampuni seperti Dia mengampuni kita. Pengampunan sejati itu adalah ketika kita sudah memiliki pikiran, perilaku dan perasaan yang positif terhadap yang bersangkutan. Apabila kita merasa belum nyaman untuk bertemu dengannya atau pikiran kita masih terus melihatnya secara negatif, maka kita mesti tahu bahwa kita belum mengampuninya secara sempurna.
Perhatikan jawaban dari para rasul itu, mereka merasa itu sangat berat. Mereka mengatakan “Tambahkanlah iman kami!” Mereka tidak mengatakannya ketika mereka melihat Yesus meneduhkan badai atau ketika Yesus memberi makan 5.000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan. Tapi ketika berbicara mengampuni orang yang sama tujuh kali dalam sehari, para rasul merasa itu berat dan butuh tambahan iman. Kita harus bisa belajar menambahkan iman agar dapat kekuatan untuk rekonsiliasi hingga sembuh.
Definisi Konflik
Konflik adalah ketidaksepakatan apapun antara dua orang atau lebih (beda pendapat). Apabila kita tidak sepakat dengan seseorang maka kita sudah memiliki konflik dengannya. Tetapi ada tipe konflik, tergantung bagaimana kita menghadapinya:
- Konstruktif (efek positif)
- Destruktif (efek negatif)
Kita seharusnya tidak berharap untuk tidak ada konflik, tetapi kita mesti berharap Tuhan menumbuhkan kita dalam menyelesaikannya secara konstruktif. Membuat konflik justru berdampak positif bagi kita dan sesama kita. Kita akan memelajari beberapa prinsip untuk konflik dan rekonsiliasi.
i) PRINSIP-PRINSIP ALKITAB TENTANG KONFLIK APA YANG DIKOMPROMIKAN?
Amsal 19:11 Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran.
Kesabaran itu bukan produk jadi bawaan lahir, tetapi perhatikanlah bagaimana akal budi membuat kita menjadi sabar. Dengan cerdas, kita mesti dapat membedakan masalah yang mana yang kita mesti bicarakan/selesaikan, tidak semua hal (seperti konflik kecil) harus kita selesaikan satu per satu. Kita akan sangat kekeringan dengan demikian, kita mesti memiliki kebijaksanaan membedakannya.
Karena itu kita harus mampu membedakan yang mana yang mesti kita fokus untuk selesaikan. Ada 4 kelompok konflik dalam hidup; ada yang bersifat Moral, Konvensional, Prudensial (Kebijaksanaan), Personal.
- Moral adalah perkara-perkara yang diakui secara universal, di berbagai tempat, sebagai masalah. Contohnya, di manapun di belahan dunia ini, membunuh diakui sebagai tindakan kejahatan. Jadi ini adalah perkara yang serius, sebagai orang percaya, ini adalah hal-hal dosa. Bagi kita, perintah dan peraturan serta larangan Allah adalah standard moral.
- Konvensional adalah kebalikan dari Moral, kelakuan yang pada satu tempat diterima tetapi di tempat lain salah.
Contoh: Di Inggeris kita tidak bisa memanggil guru dengan nama pertamanya, hasil nama belakang, misalnya: John Smith, jadi tidak boleh Pak Guru John, mesti Pak Guru Smith. Guru pun mesti memanggil murid dengan marganya juga. Di Singapura justru sebaliknya.
Di Manado, kita memakai alas kaki ketika kita masuk rumah. Saya dan isteri sangat merasa asing pada awalnya, sebab tuan rumah biasanya akan menegur kita mengapa tidak mengenakan alas kaki lalu ia akan ke depan rumah dan mengambil sepatu atau sandal kita lalu menaruhnya di bawah kaki kita untuk kita kenakan. Tetapi tidak demikian di Medan, daerah asal saya. Memanggil pelayan di Restoran atau di tempat lain dengan “Psssstt.. Cowok/Cewek..” adalah biasa, tetapi di Medan memanggil dengan cara seperti itu pasti akan menimbulkan masalah.
Di gereja misalnya, tentang Dating. Ada daerah yang merencanakan pernikahan melalui orang tua, kita tidak harus memaksakan dating dengan cara kita. Di Amerika dan Inggeris pun, hingga tahun 1950 masih ada pernikahan yang diatur. Contoh lain adalah Menginjil: apakah caranya mesti email, blitzing, life style, cara itu adalah Konvensional, tetapi perkara menginjil atau tidak adalah hal Moral.
Begitu juga masing-masing kita telah dibesarkan dalam peraturan keluarga yang berbeda-beda, tetapi bila itu bukan perkara Moral maka mestinya kita tidak membuat persoalan itu begitu besar. Lalu coba perhatikan sekarang, bukankah kita telah banyak mempersoalkan hal-hal yang bersifat Konvensional, kita membuat hal-hal Konvensional seolah-olah itu adalah perkara Moral.
- Prudensial (Kebijaksanaan), ini bukan perkara Moral atau Konvensioanl, tetapi hal-hal yang berpeluang membahayakan diri atau kesehatannya. Contohnya Minum Bir. Ada satu kota tertentu yang bisa kritikal kalau orang minum alkohol, meski yang dilarang Alkitab bukan minum alkoholnya tetapi kemabukan. Contoh lain misalnya group teens pergi retreat sendirian tanpa pengawasan orang dewasa, itu bukan perkara Konvensional atau Moral, tetapi perkara Prudensial.
- Personal adalah hal-hal pribadi seperti cara memilih pakaian, ada orang yang sukanya non formal dan ada yang suka formal. Bisa saja kita menasihati tetapi jangan agresif dan memaksakan seolah itu adalah perkara Moral.
Sehingga energi harus disalurkan terutama pada hal-hal yang Moral dan Prudensial (Kebijaksanaan), jangan kepada perkara Konvensional atau Personal.
Cobalah mulai melihat daftar berikut ini dan coba kategorikan kepada salah satu kelompok di atas:
- Frekuensi atau cara dating,
- Melewatkan ibadah pertengahan minggu/PDG,
- Saat teduh,
- Persembahan,
- Parenting yang buruk,
- Gosip,
- Mengasihi orang miskin,
- Metode Penginjilan,
- Permintaan maaf yang dipaksakan hingga kita merasa puas,
- Seringnya dating,
- Jenis-jenis lagu,
- Membangun atau menyewa gedung gereja,
- Gaya berkhotbah,
- Menerima masukan,
- Perpecahan,
- Tuduhan yang tidak beralasan.
ii) AKAR KETIDAKPUASAN
Ini juga merupakan salah satu penyebab konflik dalam hidup kita. Kita berpeluang memilikinya dan demikian juga semua orang lainnya, sehingga kita perlu memahami diri kita sendiri dan juga memahami orang lain.
- Kurangnya kesadaran atau Titik Buta (Blind Spot), misalnya kita tidak sadar kalau kita ternyata kompromi,
- Luka-luka terdahulu yang tidak terselesaikan, ini bisa membuat orang lain atau kita bereaksi berlebihan,
- Agenda / Ambisi pribadi, ini juga sangat memberikan pengaruh terhadap perilaku dan prioitas serta prinsip kita,
- Kebutuhan emosional inti tidak terpenuhi, dan mimpi-mimpi yang tidak terwujud.
Telusuri dan bantulah memperbaiki kesalahpahaman yang terjadi dan tidak adanya azas praduga tak bersalah. Kita perlu mendengarkan dan berempati. Memperhatikan dan merenungkan.
iii) MENYELESAIKAN MASALAH DENGAN CEPAT
Ibrani 12:14-15 Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. 15 Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.
Akar pahit itu muncul karenan tidak diselesaikan dengan cepat. Lebih penting menyelesaikan konflik dengan orang yang sakit hati dengan kita daripada study dengan orang sharp yang terbuka.
Matius 5:23-24 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.
Pengampunan mesti di atas persembahan atau penyembahan kita. Kita mesti mengutamakan penyelesaian konflik daripada yang lain. Namun jika hal-hal itu adalah karena konvensional maka ada juga yang bisa kita selesaikan lewat telepon.
iv) WASPADA TERHADAP BIAS
Ketika kita memiliki masalah yang tidak bisa kita selesaikan dengan orang itu maka kita harus memanggil orang ketiga (penengah) untuk menyelesaikan masalah itu. Bila kita dipilih menjadi penengah, maka kita tidak boleh menjadi bias karena pemimpin, kita mesti menjadi obyektif. Begitu juga antara orang tua dan anak, antara kakak-adik atau suami isteri.
Amsal 18:17 Pembicara pertama dalam suatu pertikaian nampaknya benar, lalu datanglah orang lain dan menyelidiki perkaranya.
Kita sudah belajar untuk selalu ber-praduga tak bersalah ketika kita mendengarkan satu pihak menceritakan persoalannya, jangan sampai kita terprovokasi karenanya. Kita akan mendapat cerita yang utuh ketika pihak yang satu lagi juga menceritakan versinya.
1 Korintus 6:1-6 Apakah ada seorang di antara kamu, yang jika berselisih dengan orang lain, berani mencari keadilan pada orang-orang yang tidak benar, dan bukan pada orang-orang kudus? 2 Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang kudus akan menghakimi dunia? Dan jika penghakiman dunia berada dalam tangan kamu, tidakkah kamu sanggup untuk mengurus perkara-perkara yang tidak berarti? 3 Tidak tahukah kamu, bahwa kita akan menghakimi malaikat-malaikat? Jadi apalagi perkara-perkara biasa dalam hidup kita sehari-hari. 4 Sekalipun demikian, jika kamu harus mengurus perkara-perkara biasa, kamu menyerahkan urusan itu kepada mereka yang tidak berarti dalam jemaat? 5 Hal ini kukatakan untuk memalukan kamu. Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya? 6 Adakah saudara yang satu mencari keadilan terhadap saudara yang lain, dan justru pada orang-orang yang tidak percaya?
Kita akan menghakimi malaikat-malaikat, masakan kita tidak sanggup menyelesaikan masalah-masalah kita sebagaimana seharusnya sesama orang percaya. Tidakkah akan sangat memalukan dua orang murid Yesus membawab persoalan mereka ke pengadilan?
v) WASPADA TERHADAP SIKAP SUKA MENGHUKUM (punitive)
Seperti sikap Lamekh, ada orang yang suka melihat orang yang berdosa harus benar-benar rendah meminta maaf. Kita mesti mudah memaafkan, jangan jadi punitive. Ada murid yang merasa pemimpin kurang keras jika sepertinya tidak ambil serius dengan orang yang berdosa, mereka tidak puas, padahal kita mesti bisa belajar mengampuni.
Jika Yesus mengajarkan kita mengampuni satu dengan yang lain 7 kali dalam sehari, bisa bayangkan bagaimana hati Tuhan dalam mengampuni kita. Dia mengampuni kita tak terbatas dan sempurna, Dia tidak mengingat-ingat lagi. Sebagian orang terkadang memiliki kesulitan untuk mengampuni dirinya sendiri, mengapa mesti seperti itu? Tuhan sendiri sudah mengampuni! Ampunilah orang lain dan ampunilah diri sendiri juga. Orang yang banyak mengampuni akan menjadi ahli dalam pengampunan.
vi) WASPADA TERHADAP ABUSE DARI ATAS KE BAWAH DAN REVERSE ABUSE DARI BAWAH KE ATAS
Dalam gereja ini bisa terjadi, tetapi juga dalam keluarga. Barangkali, baik dalam gereja ataupun keluarga, dulu yang terjadi adalah yang pertama, sekarang yang kedua juga lazim terjadi. Baik pemimpin ataupun jemaat tidak harus meneriaki satu dengan yang lain, itu adalah abuse.
vii) MENGENALI PERBEDAAN ANTARA PENGAMPUNAN DAN REKONSILIASI
- Pengampunan adalah antara kita dan Tuhan
- Rekonsiliasi adalah antara dua orang dan hanya dapat terjadi jika kedua pihak menerima tanggung jawab atas kesalahannya. Rekonsiliasi takkan mungkin terjadi kecuali pengampunan diberikan oleh kedua pihak.
Contoh: Jika hanya satu pihak yang mau mengambil tanggungjawab atas kesalahannya maka tidak mungkin untuk rekonsiliasi, hanya pengampunan yang mungkin terjadi. Bila kita paksakan orang yang belum mau bertanggungjawab dan mengampuni, maka akibatnya adalah masalah yang baru lagi. Kita mesti membantu dan menguatkan iman masing-masing orang untuk mau bertanggungjawab dan mengampuni. Tetapi pengampunan kita terhadap dia tetap saja dapat kita lakukan dengan sempurna.
Dan ada juga masalah yang 100% kesalahannya adalah dari 1 pihak saja, misalnya pemimpin yang berteriak karena marah dan semua orang merasa tersinggung.
viii) BELAJAR UNTUK BERSIKAP VULNERABLE SAAT MEMASUKI REKONSILIASI
Berusaha keraslah untuk rekonsiliasi, tetapi jika pihak yang lain tidak mau, maka selesaikan dengan pengampunan dan nantikan peluang lainnya. Apabila kita sudah dapat masuk ke ranah rekonsiliasi, belajarlah untuk vulnerable. Vulnerable itu tidak hanya sekedar menumpahkan perasaan kita tetapi memenuhi kategori berikut:
- Menceritakan kelemahan dan ketakutan kita,
- Menceritakan perasaan kita dengan respek,
- Menceritakan kebutuhan kita,
- Meminta maaf saat diperlukan.
Dalam pembicaraan kita, urutan tidak harus seperti itu, tapi semua keempat poin harus diperkatakan. Bisa mulai dari kelemahan atau kebutuhan, tetapi urutan tidak harus seperti itu. Tapi bisa juga mulai dengan kebutuhan, misalnya ketika kita bicara kepada pemimpin atau pasangan kita.
KELEMAHAN itu adalah sekitar 3 COPING STYLE, ada yang cenderung menyerang dan sebagian lagi cenderung menyerah dan ada juga yang menghindar. Itu adalah kelemahan yang kita dapat ungkapkan ketika kita vulnerable.
KEBUTUHAN itu adalah CORE EMOTIONAL NEEDS (connection and acceptance, healthy autonomy and performance, reasonable boundaries, realistic expectations). Itu adalah kebutuhan yang kita perlukan untuk tidak terprovokasi dan menjadi bermasalah.
PERASAAN kita mesti bicarakan dengan lemah lembut, respek. Ukurannya adalah hal itu berasal dari child side (sisi anak-anak) kita.
Dan pastikan kita juga MINTA MAAF dari hati kita. Permintaan maaf dapat kita sampaikan di awal, selipkan di tengah dan juga di akhir. Kapan saja dibutuhkan, mintalah maaf.
Saat kita vulnerable, perhatikanlah beberapa tips berikut:
- Lihat sesama kita sebagai pribadi yang membutuhkan kita dan yang kebutuhannya dapat kita penuhi,
- Sesama kita adalah manusia dan punya kelemahan, sama seperti kita,
- Sesama kita memiliki perasaan sakitnya sendiri, mari kita berbelas kasihan,
- Kita harus menerima satu dengan yang lain sebagaimana adanya,
- Berubah dan menjadi seperti anak kecil..: sikap vulnerable dapat membawa air mata kelegaan.. Mengalami kesatuan dan kedekatan baru,
- Sampaikan semua vulnerability kita dengan hormat dan intonasi lembut.
Sekarang mari kita menghidupi pelajaran ini, kita latih mulai dari perkara-perkara kecil.
8 hari bertumbuh dalam REKONSILIASI KONFLIK
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
- Daftarkan nama orang-orang yang pernah menyakiti hati Anda lalu doakanlah kebaikan untuk mereka,
- Sampaikan permintaan maaf pada seseorang yang Anda tahu telah merasa Anda sakiti,
- Temukanlah satu “blind spot” Anda dengan bertanya pada 3 orang terdekat Anda,
- Buatlah satu ‘draft’ (naskah) dengan konsep vulnerable (ekspresikan kelemahan, perasaan, kebutuhan dan minta maaf) untuk satu konflik yang sedang Anda hadapi,
- Minta pendapat dari pembimbing rohani Anda mengenai ‘draft’ vulnerable tersebut, bacalah berulang-ulang draft Anda yang sudah di-edit itu,
- Sampaikanlah ungkapan vulnerable itu kepada yang bersangkutan (jika tidak memungkinkan bertemu, telepon atau kirim teks via email atau messenger),
- Di hadapan Allah, catatlah pelajaran baru yang Anda dapat dalam rekonsiliasi konflik,
- Berikan hadiah untuk seseorang yang pernah mengalami konflik dengan Anda.
togarsianturi
18 Apr 2017
Dari antara semua masa-masa paling penting dalam kehidupan Yesus, yang nampaknya paling sedikit didalami dan dipelajari adalah KENAIKAN-NYA. Kita tahu kemeriahan NATAL, kita juga begitu khusuk dalam JUMAT AGUNG, kita bersorak sorai dalam KEBANGKITANNYA, tetapi biasanya kita pergi ibadah padang atau pantai dan membuat banyak acara-acara pada hari KENAIKANYA. Padahal Inkarnasi memungkinkan dan memulai semuanya dalam …
togarsianturi
18 Apr 2017
Ibadah Pentakosta, 24 Mei 2015 Ketika seseorang bertanya kepada saya, “GKDI itu karismatik ya, Pak?”, biasanya saya mesti membuat penjelasan yang cukup panjang. Saya akan mulai dengan, “Tergantung apa definisi Anda dengan karismatik!” Gambaran kebanyakan orang tentang karismatik adalah gaya ibadah yang hiruk pikuk disertai dengan musik yang keras dalam penyembahan dan bahasa roh. Tetapi sebenarnya …
togarsianturi
18 Apr 2017
1 Tesalonika 5:18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. 1 Thessalonians 5:18 Give thanks in all circumstances, for this is God’s will for you in Christ Jesus. (New International Version) Ada pengkhotbah yang sangat terkenal mengulas ayat diatas kira-kira demikian: kata “dalam” pada ‘mengucap syukurlah DALAM segala sesuatu’. …
togarsianturi
18 Apr 2017
Dalam pembelajaran kita terakhir dari kitab Maleakhi pasal 6, kita memelajari bagaimana mereka telah menyelesaikan pembangunan tembok Yerusalem hanya dalam masa 52 hari. Jumlah hari itu memberi saya keyakinan bahwa kitapun dapat membangun karakter rohani kita, yang mungkin sudah bertahun-tahun kita dambakan, hanya dalam masa 52 hari yang intens dengan belajar sungguh bagaimana cara Nehemia memersiapkan, …
togarsianturi
18 Apr 2017
Kebanyakan kita tidak punya masalah dalam memulai sesuatu, yang sering bermasalah adalah bagaimana menyelesaikannya. Dan, sayangnya yang menentukan di dalam kekristenan bukan bagaimana kita mengawalinya, tetapi bagaimana kita mengakhirinya. Mari kita lihat beberapa contoh karakter Alkitab dan kita memberi nilai pada masing-masing mereka bagaimana mereka menyelesaikan rancangan Tuhan bagi hidup mereka? Kita memberi nilai terbaik …
togarsianturi
18 Apr 2017
Dalam beberapa liturgi gereja tertentu ada sesi “Pengakuan Dosa”, tetapi berapa banyakkah itu sungguh dimaknai? Apa yang Alkitab ajarkan mengenai pengakuan dosa dan apa yang terjadi bila kita tidak dapat mengakui dosa kita? Kita akan melanjutkan seri pembelajaran kita dari buku Nehemia, sekrang kita masuk pada Nehemia pasal 9, pelajaran ke-10. Saya membagi satu pasal ini …
01 Dec 2016 12 views
Mengacungkan telunjuk ketika ditanya oleh guru adalah pertanda baik, anak pintar. Tetapi mengacungkan telunjuk kepada orang lain ketika satu persoalan mengemuka bisa menjadi sikap kurang terpandang, tidak bertanggungjawab. Mengancungkan telunjuk itu bisa baik atau buruk, tergantung arahnya ke mana dan apa maksudnya. Tahukah Anda bahwa arah telunjuk yang salah dapat membunuh karakter dan masa depan …
24 Nov 2020 16 views
Jalan kepada keberhasilan itu nyaris tidak pernah berbentuk garis lurus yang terus naik ke atas. Umumnya jalan itu mengalami naik turun berulang kali, gagal lagi dan bangkit lagi, tetapi secara menyeluruh tetap naik makin tinggi dan makin tinggi. Sehingga orang yang berhasil bukanlah mereka yang tidak pernah gagal, melainkan mereka yang memutuskan untuk bangkit dari …
29 Apr 2017 23 views
Bacaan: Yohanes 1 Yohanes adalah rasul yang paling lama hidup, ia menyaksikan perkembangan gereja hingga masa tuanya. Mengapa ia mesti menuliskan satu kitab lagi untuk Yesus, padahal waktu itu sudah ada tulisan Markus, Matius dan Lukas? Ia adalah rasul ‘terkasih’ Yesus Kristus, ia bertanggungjawab menegaskan kepada gereja mengenai siapakah Yesus. Pada masa Yohanes sudah mulai …
28 Jun 2019 8 views
Entah bermula dari mana, tetapi di sana-sini dalam kekristenan ada yang merohanikan kemiskinan. Maksudnya ada orang-orang atau aliran tertentu yang menganggap bahwa harta itu sangat jahat dan duniawi sehingga orang yang rohani itu pasti hidupnya miskin. Sebagian lagi memperhadapkan pilihan untuk miskin di dunia ini atau kaya di sorga, seolah orang kaya tidak bisa masuk …
03 May 2017 8 views
Bacaan: Keluaran 3 Bila ada dua pihak berbeda dan sama-sama mengaku sebagai satu-satunya pihak yang benar, pastilah salah satunya salah. Meski banyak yang mengaku sebagai ilah, hanya satu Allah yang benar. Dia adalah sang Pencipta, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah Israel. Semua yang lain adalah ciptaan, hanya Dia saja yang Pencipta. Firman Allah kepada Musa: …
19 Jul 2019 8 views
Amsal secara konsisten menentang orang miskin seraya menghubungkannya dengan kemalasan dan kebodohan. Dalam satu pasal yang sama saja, Amsal 19, penulis Amsal mengingatkan: Kekayaan menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya. (Amsal 19:4) Rasanya tidak salah mengatakan bahwa penulis Amsal ini pro terhadap orang kaya. Ia cenderung meninggikan orang kaya dan terus merendahkan orang …
19 Oct 2018 10 views
Pandangan yang berbeda-beda di antara orang Kristen tentang pengakuan dosa menarik untuk kita dalami. Ada aliran yang menetapkan pengakuan dosa kepada seorang imam di bilik terpisah. Tetapi ada juga yang mempraktekkan satu dengan satu kepada mentor rohani mereka. Namun yang mayoritas adalah yang tidak pernah mempraktekkan pengakuan dosa. Dosa Merusak Semua Hubungan-Hubungan Kita Alasan mengapa …
Comments are not available at the moment.