Sifat Kekanak-Kanakan

boy-face-profile-figure-53183.jpegBertahun-tahun lalu, ponsel merk Nokia membuat satu iklan yang menggambarkan bahwa dalam diri para pemimpin dunia sekalipun masih ada bagian anak-anak, seperti memainkan games. Mereka mempromosikan games pertama yang tersedia dalam gadget besutan Finlandia itu. Iklan mereka itu benar, bahkan pada kenyataannya, sisi anak-anak tetap ada dalam diri orang dewasa.

Tuhan Yesus mengajarkan agar murid-muridNya belajar memiliki hati seorang anak. Hati anak-anak itu polos dan apa adanya.  Untuk memasuki Kerajaan Allah, kamu memerlukan hati itu. Tetapi sayang seribu kalia sayang karena banyak orang dewasa bukannya memiliki hati anak-anak (childlike) tetapi justru memelihara  sifat kekanak-kanakan (childish) masih kental.

Seperti dalam peristiwa para rasul berikut:

Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Lukas 9:46

Ambisi dari para murid Yesus ini telah menonjolkan sifat kekanak-kanakan mereka. Mereka bertengkar atas hal-hal yang tidak seharusnya di dalam kelompok inti Yesus. Pertengkaran yang justru membuat mereka semakin tidak mirip Yesus. Namun demikianlah fakta dalam diri kita, terungkap atau terpendam, kita masih kerap tergoda untuk mendapat pengakuan sebagai yang terhebat.

1. Perlombaan kita di dalam komunitas Tuhan Yesus adalah menjadi semakin mirip denganNya dan menjadikan semua bangsa muridNya, bukan untuk menjadi yang terhebat atau siapa yang lebih banyak menjadikan murid.

2. Satu sama lain sama sekali bukan musuh kita, Iblis-lah musuh kita. Iblis kerap merasuki manusia untuk membenturkannya dengan sesamanya.

3. Menjadi dewasa itu berarti kita berpikir dan merasa seperti Yesus, seperti Bapa Sorgawi kita.

Bapa, semakin bertambah hari kiranya aku bertambah dewasa. Amen.

 

Bacaan: Lukas 9

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *